Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL (K), MARS, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Health

Penyebab Kematian Ibu dan Bayi Saat Persalinan

Ni Luh Anggela
Selasa, 14 September 2021 - 13:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Untuk World Patient Safety Day 2021 yang jatuh pada 17 September mendatang, WHO mengusung tema ‘Pelayanan yang Aman Bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir’. Sementara itu, tema nasional adalah ‘Selamatkan Ibu dan Bayi Baru Lahir’.
 
Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL (K), MARS, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, mengungkapkan tujuan adanya World Patient Safety Day 2021 yaitu ingin meningkatkan kesadaran global, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, meningkatkan akses pelayanan ibu dan bayi baru lahir terutama persalinan, melakukan advokasi penerapan praktik terbaik dalam perawatan ibu dan bayi baru lahir terutama persalinan untuk mencegah risiko yang dapat dihindari.
 
“Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi kita harapkan bahwa semua ibu yang akan melahirkan harus melahirkan di fasilitas kesehatan. Oleh karena itu akses pelayanan harus kita buka,” katanya melalui Press Conference: World Patient Safety Day 2021 pada Selasa (14/9/2021).
 
Diakuinya, angka kematian ibu dan bayi masih sangat tinggi, yakni 76 persen terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan. Namun, faktor-faktor risiko persalinan terjadi mulai dari fase sebelum dan saat hamil.
 
Dia menyebutkan, ada tiga penyebab utama kematian saat persalinan, yaitu 65 persen perdarahan, 14 persen reputre uterus dan 11 persen hipertensi. Kemudian, penyebab utama kematian pasca persalinan yaitu 26 persen sepsis (infeksi), 15 persen perdarahan dan penyebab lain seperti abortus, komplikasi obsterik, penyakit komplikasi non obsterik 29 persen.
 
Selain itu, dia menyebutkan lebih dari 62 persen kematian ibu dan bayi terjadi di rumah sakit.
 
“Ini disebabkan oleh karena mereka terlambat di rujuk atau mungkin mereka di rujuk ke rumah sakit setelah kondisinya sangat kritis. Sehingga pada saat di rumah sakit dia tidak bisa lagi diselamatakan,” jelasnya.
 
Oleh karena itu, untuk penguatan dan pengembangan sistem inovasi layanan kesehatan di Indonesia, Kementerian kesehatan telah melakukan pelayanan kesehatan dengan resgistrasi online, telemedicine, e-resep dan jasa kurir obat, dan Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE).
 
“Jadi digitalisasi di bidang pelayanan kesehatan betul-betul harus dilaksanakan sehingga dengan demikian tidak ada lagi orang yang harus antri, tidak ada lagi orang yang misalnya tidak bisa dilayani oleh karena faktor jarak, jadi kita harus menciptakan suatu rumah sakit yang tanpa jarak, dimanapun mereka berada kita bisa melakukan pelayanan karena kita menggunakan fasilitas telemedicine demikian juga dengan obat misalnya,” tambahnya.
 
Selain pemerintah yang membantu melalui pemenuhan sarana prasarana, alat kesehatan dan peningkatan kompetensi SDM, dia juga meminta agar masyarakat berperan dalam membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
 
“Misalnya dengan melakukan Desa Siaga, memotivasi masyarakatnya atau keluarganya tentang pentingnya melakukan persalinan di fasilitas kesehatan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro