Ilustrasi Ibu Hamil. Bisnis/Abdullah Azzam
Health

Perdarahan Pasca Persalinan Jadi Penyebab Peningkatan Angka Kematian Ibu

Redaksi
Rabu, 14 Agustus 2024 - 08:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Angka kematian ibu usai kian meningkat karena pendarahan usai melahirkan. Indonesia memiliki rasio angka kematian ibu pasca persalinan sebesar hampir 2%, yang menunjukkan angka tidak normal atau sangat tinggi.

Sebanyak 1 dari 3 ibu mengalami kematian karena perdarahan, dengan rasio total 189 kematian dari 100.000 nyawa pada tahun 2020. Angka 189 tersebut menjadi angka kematian ibu tertinggi kedua di ASEAN dibawah Timor-Leste – walaupun mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 183 kematian.

Spesialis kesehatan seksual dan reproduksi dari United Nations Population Fund (UNFPA), Dr. Sandeep Nanwani, mengatakan bahwa angka kematian ibu pasca persalinan akibat perdarahan normalnya berada dibawah 1% dari 100.000 jiwa, sedangkan Indonesia berada di angka 1.98% dari 100.000 jiwa yang menunjukkan angka sangat tinggi.

Dokter Sandeep juga menjelaskan bahwa untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDG) tahun 2030, Indonesia harus mencegah kurang lebih 65% kematian ibu.

Tak hanya itu, dr. Sandeep juga mengatakan bahwa baru-baru ini terdapat sebuah penelitian atau terobosan, yang mengatakan bahwa terdapat beberapa upaya yang bisa menurunkan angka kematian ibu sampai dengan 80%.

Upaya pertama adalah dengan menurunkan kondisi anemia pada ibu yang melahirkan, upaya ini dapat mengurangi angka kematian ibu sebesar 10%.

Upaya kedua adalah dengan melakukan diagnosis perdarahan pasca persalinan 40% lebih cepat dari biasanya, hal ini dapat mengurangi angka kematian ibu sebesar 50%. Upaya terakhir adalah dengan meningkatkan respon/pertolongan pertama sebesar 30%, yang dapat mengurangi angka kematian ibu sebesar 12%.

Namun perlu diingat, untuk mendapatkan hasil terbaik, beberapa upaya tersebut harus dilakukan secara bersamaan.

Menurut Sekretaris Penurunan Angka Kematian Ibu dan Stunting (PAKIAS) Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dr. Detty Siti Nurdiati, terdapat 3 tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh seorang ibu, yaitu skrining faktor risiko, tindakan pencegahan, dan penegakan diagnosis.

Dilansir dari laman my,clevelandclinic.org, Rabu (14/8/2024), berikut adalah beberapa penyebab terjadinya perdarahan:

1. Atonia uteri

Atonia uteri (Uterine atony) adalah kondisi ketika uterus bersifat lunak dan lemah setelah melahirkan. Kondisi ini terjadi ketika otot uterus tidak cukup berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah plasenta hingga tertutup. Hal ini menyebabkan seorang ibu kehilangan darahnya secara terus-menerus setelah melahirkan.

2. Ruptur uteri

Ruptur uteri (uterine trauma) adalah kondisi ketika rahim mengalami robekan dan berakhir trauma. Kerusakan di area antara alat kelamin dan anus dapat menjadi penyebabnya. Penggunaan instrumen seperti forcep atau ekstraksi vakum saat melahirkan dapat meningkatkan risiko uterine trauma.

3. Jaringan plasenta yang tertahan

Kondisi ini terjadi saat seluruh plasenta tidak terpisah dari dinding rahim, yang biasanya disebabkan oleh kondisi plasenta yang mempengaruhi kemampuan rahim untuk berkontraksi setelah melahirkan.

4. Trombin

Trombin (Thrombin) adalah kondisi pembekuan darah. Kondisi ini terjadi ketika seseorang memiliki kelainan pembekuan darah atau kondisi kehamilan seperti eklampsia yang dapat mengganggu kemampuan pembekuan darah tubuhnya. Hal ini dapat membuat pendarahan kecil pun tidak terkendali. (Yoga Al Kemal)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro