Bisnis.com, JAKARTA - Perubahan pola hidup masyarakat akibat pandemi Covid-19 tentunya perlu diantisipasi oleh pelaku usaha pariwisata, tak terkecuali pengelola taman hiburan yang nyaris mati lantaran ditinggalkan pengunjungnya.
Hampir seluruh pusat taman hiburan tak bisa beroperasi akibat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) maupun pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Pengamat pariwisata sekaligus Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari menyebut pengelola taman hiburan di Tanah Air seharusnya menyadari bahwa telah terjadi perubahan pola masyarakat dalam berwisata pada saat ini. Aktivitas wisata yang melibatkan banyak orang atau pariwisata massal, termasuk diantaranya aktivitas di taman hiburan tak lagi diminati.
“Sudah berubah, tidak bisa lagi pelaku usaha pariwisata mengandalkan mass tourism atau wisata yang mengandalkan kunjungan orang banyak atau kerumunan seperti festival atau wahana-wahana permainan. Sejak 2020, wisatawan inginnya aktivitas yang dipersonalisasi atau dikustomisasi,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Tentu saja, perubahan tersebut menuntut pengelola taman hiburan untuk berinovasi. Menurut Azril, inovasi yang dimaksud tak sekadar menghadirkan wahana permainan atau pertunjukan baru.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebugaran tubuh merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola taman hiburan untuk mendongkrak kunjungan. Salah satunya dengan mengembangkan konsep wisata kebugaran (wellness tourism) atau wisata kesehatan (health tourism).
“Pengelola taman hiburan bisa mengembangkan wellness tourism seperti yoga di tempat mereka. Misalnya ada pantai ya di pantai, tentu saja pengalamannya berbeda dengan yoga di rumah atau tempat gym. Health tourism ini juga bisa diaplikasikan berwisata sambil menjalani pengobatan atau meningkatkan kesehatan. Daripada uang lari ke luar negeri Rp115 triliun per tahun untuk health tourism, kita kembangkan saja [di dalam negeri],” tuturnya.
Kemudian yang tak kalah potensial adalah mengembangkan wisata khusus lansia atau wisata berbasis gerontologi. Wisata ini berkaitan langsung dengan wisata kebugaran maupun wisata kesehatan, akan tetapi dengan pendekatan yang sedikit berbeda.
Adapun, inti dari konsep wisata yang satu ini adalah bagaimana membantu para lansia untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, sejahtera, dan bahagia. Menurut, Azril konsep wisata yang tergolong baru ini potensial lantaran peminatnya cukup tinggi dan belum banyak dikembangkan di dunia.
“Ini bukan seperti panti sosial, tetapi aktivitas wisata yang menggabungkan aktivitas kebugaran dan kesehatan dengan hobi para lansia. Peminatnya banyak, apalagi dari Eropa dan belum banyak juga dikembangkan di dunia, potensial tentunya untuk Indonesia. Apalagi masyarakat juga kesadarannya [akan kesehatan] meningkat,” ungkapnya.
Walaupun demikian, bukan berarti penambahan wahana permainan baru tak lagi dibutuhkan. Pengelola taman hiburan masih memerlukan wahana permainan baru atau memodifikasi wahana permainan yang sudah ada agar sesuai dengan keinginan masyarakat atau tren saat ini.
“Wahana permainan baru tetap dibutuhkan, tetapi sesuaikan dengan trennya sekarang seperti apa. Sekarang masyarakat menginginkan tubuh yang bugar dan imunitas meningkat. Hadirkan wahana permainan yang membuat orang bergerak, bugar, sehat, imunitasnya meningkat. Tentu saja kembali lagi kustomisasi dan personalisasi jadi hal penting,” tegasnya.
Hal yang sama juga diamini oleh pengamat pariwisata dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Chusmeru. Dia menyebut pengelola taman hiburan tetap perlu memperbarui wahana permainan yang dimilikinya dan menyesuaikan dengan tren terkini.
“Diperbarui ini tetap perlu, apalagi [wahana permainan] itu sempat tak beroperasi. Hadirkan wahana baru dan tema yang berbeda sesudah dan sebelum pandemi Covid-19. Tentu saja sesuaikan dengan tren saat ini, hadirkan wahana [permainan] yang ketika digunakan bisa meningkatkan imunitas atau kebugaran tubuh. Intinya mengajak penggunanya untuk bergerak begitu,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Lebih lanjut, menurut Chusmeru ketatnya persaingan bisnis taman hiburan atau kehadiran taman hiburan lainnya juga menjadi pertimbangan dalam menghadirkan tema. Alih-alih menghadirkan tema yang mengadaptasi taman hiburan lainnya, terutama dari luar negeri, pengelola taman hiburan di suatu daerah akan lebih baik jika menghadirkan tema bernuansa lokal.
“Daripada mengangkat tema yang plagiat dari luar atau menjual sesuatu impian. Misalnya tak perlu jauh-jauh ke Bali, cukup datang ke [tempat] kami. Lebih baik angkat apa yang menarik di daerah tersebut agar berbeda dan otentik. Karena bagaimanapun juga datang ke tempat aslinya menghadirkan pengalaman berbeda,” tuturnya.