Seorang warga mengabadaikan pemandangan saat matahari terbit di lereng Gunung Sindoro di kawasan wisata alam Posong, Kledung, Temanggung, Jawa Tengah/Antara
Travel

Ini Salah Satu Cara Kurangi Resiko Bahaya Saat Anda Trekking atau Hiking

Thomas Mola
Minggu, 7 November 2021 - 22:27
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah komunitas terus menggalakkan penguranagn resiko bagi para traveler, terutama bagi para penyuka trekking sebagai alternatif berwisata di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini. 

Hal tersebut seperti yang dilakukan Komunitas Pegiat Mendaki Whatravel Trekking Community yang menggelar silaturahmi untuk mempopulerkan kegiatan trekking sebagai alternatif wisata di masa pandemi.

Pada acara yang diselenggarakan secara virtual tersebut, founder Whatravel M. Arif Rahman mengatakan terdapat perubahan tren wisata saat pandemi Covid-19. Wisatawan mulai beralih dari mass tourism, menjadi special interest tourism seperti staycation, voluntourism, virtual tourism, road trip, dan wisata alam.

“Wisata alam menjadi tren populer yang digemari masyarakat dalam kondisi new normal. Khususnya wisata alam yang berbasis petualangan seperti trekking, snorkeling, diving, hiking, dan sebagainya, karena wisata alam yang bersifat outdoor memberikan wisatawan keleluasaan lebih untuk menerapkan physical distancing.” ujarnya lagi seperti dikutip, Senin (8/10).

Menurutnya saat ini wisata curug atau trekking menuju air terjun menjadi daya tarik tersendiri, selain lokasi yang tidak begitu jauh dari Jakarta, masyarakat pun tidak perlu merogoh kocek yang dalam karena biayanya sangat terjangkau dan sudah banyak pilihan agen travel dengan pendampingan guide yang handal yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan para traveler.

Ketua Umum Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo yang juga hadir dalam acara tersebut turut menyampaikan tentang konsep pengurangan bahaya (harm reduction) yang erat relevansinya dengan aktivitas jelajah alam bebas, maupun kegiatan sehari-hari.

“Pendekatan harm reduction dekat dengan kehidupan kita. Khususnya saat traveling, kita perlu mengurangi bahaya terhadap lingkungan, kualitas udara, dan kenyamanan orang di sekeliling kita,” ujarnya.

Salah satu contohnya ialah pengurangan bahaya terkait dengan kebiasaan merokok. Akibat dibakar, rokok menghasilkan asap mengandung TAR yang berisiko terhadap kesehatan, mencemari udara dan lingkungan, bahkan dapat mengganggu orang lain di sekeliling traveler atau pendaki.

“Daripada merokok, penggunaan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau dipanaskan, dan bisa mengurangi bahaya mencemari lingkungan. Saat merokok, puntung rokok yang dibuang sembarangan dapat berisiko kebakaran. Di sisi lain, produk tembakau alternatif tidak dibakar sehingga tidak ada bara api serta tidak menghasilkan asap, melainkan uap,” ujarnya.

Menurutnya, inovasi dalam beberapa tahun terakhir telah berhasil mengembangkan produk tembakau alternatif, yang telah dibuktikan oleh riset ilmiah, memiliki risiko terhadap kesehatan jauh lebih rendah daripada rokok.

“Kenapa mengurangi risiko terhadap kesehatan, karena produk tembakau alternatif ini tidak dibakar. Misal, produk tembakau yang dipanaskan ini memanaskan tembakau, sehingga dapat mengurangi paparan zat bahaya hingga lebih dari 90% dibandingkan dengan rokok. Maka produk ini dapat menjadi opsi bagi perokok yang ingin terus mendapatkan nikotin, tapi mau mengurangi bahaya bagi kesehatan dan lingkungan,” ujarnya

Penulis : Thomas Mola
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro