Bisnis.com, JAKARTA - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberi panduan bagi orangtua untuk anak ketika terjadi bencana gunung api meletus.
Pertama, IDAI menyebut bahwa orangtua harus tetap memantau dan mematuhi peringatan dari pemerintah selama terjadi bencana.
“Bila dianjurkan oleh pemerintah untuk segera mengungsi, maka lakukan segera dan lebih awal,” ujar Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/12/2021).
Orangtua sebaiknya memantau kualitas udara di lingkungannya terutama yang berhubungan dengan abu vulkanik. Dia juga berpesan anak sebaiknya bermain dan beraktifitas di dalam ruangan, dan cegah anak beraktifitas di luar ruangan untuk menghindari hirupan udara abu secara berlebihan.
“Agar anak tidak bosan maka sebaiknya orangtua atau anggota keluarga membuat dan mengajak anak membuat permainan di dalam ruangan,” lanjutnya.
Selain itu, orangtua sebaiknya rutin memberisihkan ruangan untuk mencegah paparan abu di dalam ruangan.
“Jika ada anggota keluarga harus keluar rumah maka wajib mengenakan masker,” kata Piprim.
Menurutnya, abu letusan gunung berapi dapat menimbulkan iritasi kulit, maka sebaiknya anak menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang untuk meminimalisasi kontak dengan abu vulkanik
“Selain melindungi tubuh anak dari debu dengan baju tertutup, pakaikan masker pada anak yang sudah bisa menggunakan masker, karena selain untuk mencegah debu terhirup juga mencegah penularan Covid-19 selama di pengungsian,” jelasnya.
Untuk menghindari iritasi mata akibat abu letusan yang pekat, maka anak bisa menggunakan kacamata. Lebih lanjut, sebelum mengungsi, orangtua sebaiknya menyiapkan obat-obatan emergensi, dan perlengkapan emergensi dalam satu tas darurat
“Hindari mengungsi di daerah hilir letusan, dan sebaiknya mengungsi di posko yang sudah ditetapkan pemerintah dan tetap disiplin menjaga protokol kesehatan selama di pengungsian.”
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa jumlah korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru mencapai 22 orang hingga Senin (6/12/2021).
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyatakan, korban meninggal dunia itu ditemukan di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.
"Jumlah korban meninggal yang dilaporkan oleh Pusdalops BNPB itu 22 orang. Di Kecamatan Pronojiwo 14 orang, di Kecamatan Candipuro delapan orang," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Abdul Muhari saat konferensi pers virtual, Senin (6/12/2021).