Bisnis.com, JAKARTA - Tanggal 18 Desember ini, tepat 24 tahun Kasino Hadiwibowo atau sohor disebut Kasino, pelawak canggih dari grup lawak Warkop DKI, meninggal. Kasino wafat 18 Desember 1997, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta akibat penyakit tumor otak.
Sebagian generasi boomers dan generasi milenial tentunya mengenal secara baik Kasino, yang wajahnya bersama Dono dan Indro kerap tayang di layar kaca saat momen-momen lebaran atau libur anak sekolah.
Di grup Warkop DKI, Kasino dikenal sebagai personel yang paling kocak, pintar bernyanyi dan selalu menghidupkan suasana. Gaya dan celetukannya selalu relevan dan diingat sampai sekarang. Sebut saja kode memalak bosnya yakni "Jangkrik Bos," "Bodoh dipiara, kambing dipiara bisa gemuk" atau nyanyian kodenya.
Sejak kecil dan remaja, Kasino yang lahir di Gombong, Jawa Tengah tahun 1950 itu sudah dikenal gemar ngebanyol dan mengocok perut teman-temannya. Masa kecil, remaja dan mudanya dihabiskan di Gombong, Bandung, Cirebon dan Jakarta. Hal itu dikarenakan ia harus mengikuti kerja ayahnya yang merupakan pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)
Hal tersebut dilanjutkannya saat menjadi mahasiswa jurusan Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Indonesia. Pada 1973, bersama Rudy Badil (belakangan jadi wartawan Kompas) dan Nanu Mulyono, Kasino mengisi acara hiburan di Radio Prambors bertajuk "Obrolan Santai di Warung Kopi.”
Ini merupakan cikal terbentuknya grup Warkop Prambors yang akhirnya bertransformasi menjadi Warkop DKI setelah Dono bergabung di tahun 1974 dan Indro tahun 1976. Sejak melawak di radio hingga televisi, humor mereka seringkali menyerempet politik dan mengkritik situasi sosial.
Dalam biografinya yang dimuat di Majalah Vista, tahun 1982, Kasino mengatakan mengidolakan dan terinspirasi dengan Bing Slamet dan Mang Udel. Pelawak kawakan dari Grup Trio Los Gillos yang merajai dunia komedi tanah air periode tahun 50-60an.
Selain jago melucu, Kasino juga dikenal jago bernyanyi, bahkan mengobrak-abrik lagu-lagu populer. Bersama Nanu, Kasino seringkali mengganti lirik-lirik lagu terkenal menjadi lirik jenaka bahkan ngawur. Tak hanya liriknya yang menjadi jenaka, gaya bernyanyi pun sudah lucu dan menjadi musik parodi.
Dalam buku memoar Warkop DKI berjudul Dari Main-Main Jadi Bukan Main yang ditulis salah satu pendiri Warkop, Rudy Badil, dituliskan Kasino merupakan otak dibalik moncernya karir grup lawak ini. Kasino bisa berperan sebagai juru bicara, pengatur strategi bisnis, humas hingga negosiator bisnis Warkop DKI.
Kesehatan Kasino mulai terganggu setahun sebelum meninggal. Ia sempat jatuh pingsan saat berada di Bandung tahun 1996 dan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatannya diketahui mengidap tumor otak. Setelah didiagnosa menderita tumor otak, Kasino menjalani dua kali operasi.
Pertama di RS Advent Bandung, yang kedua kalinya di RSCM Jakarta. Setelah itu kesehatannya terus menurun hingga akhirnya sempat dirawat dua pekan sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.