Bisnis.com, JAKARTA – Keluhan seperti demam sering kali terdengar saat memasuki musim hujan dan banjir. Demam merupakan kondisi dimana suhu tubuh seseorang lebih dari 38 derajat Celcius, dan menjadi salah satu gejala khas pada infeksi. Meskipun begitu, demam juga bisa terjadi dalam jangka panjang atau sering kambuh.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RA Adaninggar menuturkan, demam adalah mekanisme sistem imun tubuh dalam melawan kuman atau benda asing.
"Di satu titik, kondisi demam yang terlalu tinggi juga bisa menyebabkan pusing, badan sakit-sakit, tidak nafsu makan, dehidrasi, dan akhirnya mengganggu proses penyembuhan itu sendiri. Jadi demam juga harus diatasi selain mengobati penyebabnya," kata dokter yang akrab disapa Ning ini, melansir akun Instagram miliknya, Selasa (25/1/2022).
Lantas, penyakit apa saja yang perlu diwaspadai bila demam terjadi secara tiba-tiba?
1. Covid-19
Bila Anda mengalami demam akut 1-3 hari di masa pandemi ini, pikiran pertama yang akan muncul adalah Covid-19. Sebab, penyakit ini sangat mudah menular. Gejalanya juga mirip dengan flu yang disebabkan oleh virus lain, seperti demam, nyeri tenggorokan, batuk pilek, hidung meler, nyeri kepala, nyeri otot, sesak napas, mual, muntah hingga lemas dan lelah.
Apabila gejala Anda ringan, lakukan isolasi mandiri dengan benar. Ning menyarankan untuk beristirahat, mengonsumsi obat pereda gejala, mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi serta mengendalikan stres Anda.
Selain itu, dia menghimbau agar Anda tetap waspada, karena masa kritis bisa terjadi di hari kelima atau lebih. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu memantau gejala, suhu badan, tensi dan saturasi oksigen Anda. Apabila ada perburukan, segeralah ke rumah sakit terdekat.
2. Demam berdarah
Demam berdarah merupakan penyakit yang juga sangat berbahaya karena sampai hari ini belum ada obat untuk penyakit tersebut. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Genangan air merupakan tempat bersaranya nyamuk sehingga tidak heran saat menjelang musim hujan, banyak dijumpai kasus Demam Berdarah.
Gejala khas dari demam berdarah meliputi demam tinggi, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, nyeri otot, mual, muntah, nyeri perut, lemas, lelah, muntah hingga turunnya trombosit.
Ning menuturkan, kondisi kritis dari penyakit ini terjadi di hari kelima atau lebih, dimana terjadi syok dan perdarahan yang berat. Bahkan, penderita demam berdarah bisa berujung pada kematian akibat tensi yang terus turun.
Apabila Anda dirawat di rumah, Ning mengingatkan untuk selalu memenuhi asupan makanan dan cairan baik. Namun, bila Anda tidak bisa makan atau minum karena mual-muntah, tangan dan kaki dingin, tensi turun, perdarahan hebat atau trombosit turun dibawah 100.000, segera bawa ke rumah sakit terdekat.
3. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan lewat air yang terkontaminasi kencing tikus. Ini dapat menyebabkan kerusakan liver dan ginjal hingga menyebabkan kematian apabila terlambat didiagnosis dan diobati.
Gejala khas dari penyakit ini termasuk demam tinggi, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, nyeri otot terutama pada betis dan punggung, mual, muntah, nyeri perut hingga munculnya kuning pada kulit dan gangguan ginjal pada kondisi berat.
Ning mengatakan penyakit ini sering terlambat didiagnosis karena mirip dengan demam berdarah. Akan tetapi, ini bisa dibedakan dari perjalanan penyakitnya dan infeksi bakteri dari pemeriksaan darah. Selain itu, Ning juga menyarankan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit bila Anda mengalami penyakit tersebut.
4. Demam tifoid
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri yang menyerang usus halus, ditularkan melalui makanan atau air yang tidak matang dan terkontaminasi bakteri Salmonella. Selain demam yang diawali dengan meriang, penyakit ini juga menunjukkan gejala seperti nyeri kepala, nyeri otot, mual, muntah, konstipasi hingga menurunnya kesadaran apabila dalam kondisi berat.
“Gejala cerna harus ada dan bisa dibedakan dengan penyebab infeksi lain dengan pemeriksaan infeksi lain dengan pemeriksaan serologi,” ujar Ning, menambahkan bahwa kita perlu berhati-hati saat pemeriksaan Widal.
“Jika hanya satu kali tidak bisa memastikan diagnosis karena sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi terhadap tifoid. Pemeriksaan Widal harus dilakukan dua kali jeda 5-7 hari untuk melihat kenaikan titer antibodi untuk mendukung diagnosis,” jelasnya.
5. Influenza
Penyakit lain yang sering mengintai di kala musim hujan dan banjir adalah flu karena biasanya bersamaan dengan banyak kambuhnya alergi serta menurunnya daya tahan tubuh akibat cuaca dingin.
Ning menjelaskan, flu sebetulnya merupakan gejala, namun disebabkan oleh banyak virus, mulai dari yang ringan seperti Common Cold hingga yang fatal seperti Covid dan flu akibat virus influenza yang masih bisa mematikan bagi populasi lansia dan penderita komorbid.
“Karena penyebabnya virus, bila gejalanya ringan, tetap fokus istirahat, penuhi asupan nutrisi dan cairan. Untuk virus influenza, sudah ada obat anti virusnya bila perlu,” sarannya.
6. Diare
Penyakit saluran cerna ini disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi.
“Terkait dengan penurunan daya tahan tubuh, diare akibat infeksi juga sering terjadi terutama bila makan atau minum yang tidak matang dan terkontaminasi,” ungkap Ning.
Selain demam, gejala yang timbul meliputi nyeri kepala, lelah hingga diare dengan volume banyak atau sedikit dengan darah dan lendir.
Memastikan asupan makanan dan cairan yang baik serta istirahat adalah pengobatan yang bisa Anda lakukan bila diare disebabkan oleh infeksi. Sedangkan, bila diare disebabkan oleh bakteri atau cacing, Anda membutuhkan antibiotik untuk mencegah komplikasi.
7. Malaria dan Chikungunya
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan lewat gigitan nyamuk Anopheles, sedangkan Chikungunya disebabkan oleh virus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes.
“Malaria harus tetap diwaspadai di daerah endemis karena juga bisa menyebabkan kematian,” ungkap Ning.
Malaria biasanya menimbulkan gejala seperti demam, nyeri kepala, mual, muntah, lemas, hingga penyumbatan pembuluh darah di organ-organ vital pada kasus berat. Sementara Chikungunya, menimbulkan gejala seperti demam yang disertai nyeri hebat pada sendi atau tulang, yang dapat mengganggu kualitas hidup.
Pengobatan malaria yang paling penting adalah dengan obat anti malaria yang disertai dengan pengobatan pendukung seperti cairan, nutrisi, dan obat pereda gejala. Sedangkan Chikungunya dapat sembuh dengan sendirinya, kira-kira dalam waktu satu minggu. Namun terkadang, nyeri sendi dan tulang dapat bertahan selama beberapa waktu.