Bisnis.com, JAKARTA - Kanker paru merupakan salah satu kanker mematikan di dunia. Selain menjadi salah satu kanker mematikan, penyakit ini juga merupakan penyakit dengan dampak yang multidimensi.
Pasien dengan kanker paru diketahui memiliki kualitas hidup yang lebih rendah, bila dibandingkan dengan pasien kanker lainnya dikarenakan tekanan mental yang dirasakan, menurut Japanese Journal of Clinical Oncology.
Bahkan, sebuah penelitian dari Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa dampak ekonomi dan sosial kanker paru diperkirakan paling besar di antara semua jenis kanker.
Karena itu, salah satu langkah penting untuk mencegah dan menurunkan jumlah insiden kanker paru di Indonesia adalah dengan mengendalikan faktor risiko kanker paru.
Direktur Eksekutif Research of
Indonesian Association for the Study on Thoracic Oncology (IASTO) Elisna Syahruddin mengatakan, faktor risiko kanker paru utamanya disebabkan oleh kebiasaan merokok dan terpapar asap rokok secara terus menerus.
Hal ini semakin diperparah jika disertai dengan faktor risiko lain, misalnya paparan zat karsinogen di tempat kerja atau riwayat kanker paru dalam keluarga.
Oleh karena itu, menurutnya sangat penting melakukan skrining dan deteksi dini agar pasien kanker paru ditemukan pada stadium dini sehingga upaya untuk meningkatkan angka tahan hidup dapat dicapai.
Saat ini, banyak negara telah menerapkan kebijakan skrining dengan menggunakan low-dose CT scan (LDCT) untuk deteksi dini kanker paru. Adapun kebijakan tersebut didukung oleh hasil studi di AS, Kanada dan Eropa yang menunjukkan efektivitas biaya dalam program skrining kanker paru, sehingga Elisna berharap kanker paru bisa segera masuk ke dalam program deteksi dini dari Kementerian Kesehatan.
"Skrining pada kanker paru ini diharapkan bisa dilakukan bagi masyarakat luas yang memiliki faktor resiko tinggi, terutama yang terpapar asap rokok, apalagi mereka yang merupakan perokok berat dan mempunyai riwayat kanker paru dalam keluarganya,” kata Elisna dalam temu media bertajuk Meningkatkan Kesintasan Pasien Kanker Paru melalui Deteksi Dini, Diagnosis, dan Tata Laksana yang Berkualitas pada Selasa (8/2/2022).
Selain itu, dia juga menyarankan agar pilihan terapi di Indonesia dapat sesuai dengan karakteristik kanker paru orang Indonesia.
Terkait metode diagnosis, kemajuan teknologi medis menurutnya juga telah memungkinkan dilakukannya pemeriksaan molekuler untuk pasien yang telah terdiagnosis kanker paru, guna memberikan pilihan terapi target yang tepat.
Dengan begitu, dia berharap dapat menghemat biaya perawatan secara menyeluruh.