Bisnis.com, JAKARTA - Invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina direspon beragam oleh netizen di Tanah Air. Salah satu diantaranya adalah dengan mengunggah cuplikan video klip lagu "Bom Nuklir" dan "Perdamaian" dari grup qasidah Nasida Ria di akun media sosialnya.
Unggahan tersebut disematkan macam-macam komentar. Namun, sebagian besar menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin baiknya mendengar dua lagu dari grup qasidah legendaris asal Semarang, Jawa Tengah itu sebelum memutuskan kebijakan pertahanan di negaranya.
Ada pula yang menyebut lagu "Bom Nuklir" dan "Perdamaian" seharusnya diterjemahkan ke dalam lima bahasa resmi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu bahasa Inggris, Prancis, Arab, China, Rusia, dan Spanyol. Tentu saja, agar pesan dari kedua lagu itu bisa tersampaikan secara luas, khususnya ke pimpinan negara yang kerap memancing konflik.
"Bom Nuklir" dan "Perdamaian" adalah sebagian kecil dari lagu-lagu Nasida Ria yang penuh akan pesan moral. Lirik lagunya cenderung lugas, jauh dari kata puitis. Namun, hal itulah yang membuat grup qasidah yang sudah berdiri lebih dari empat dekade itu dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang, tak terkecuali pemeluk agama selain Islam.
Seperti diketahui qasidah merupakan kesenian yang berlatar belakang kebudayaan Timur Tengah. Penyanyi menyanyikan lirik berisi puji-pujian yang tujuannya adalah dakwah keagamaan kaum muslim.
Nasida Ria didirikan pada 1975 oleh HM Zain, seorang pemuka agama Islam di Semarang. Dia mendorong murid-muridnya yang mendalami agama Islam untuk bermusik, tujuannya tentu saja untuk berdakwah atau mensyiarkan ajaran agamanya.
Nama Nasida Ria dipilih dengan harapan grup qasidah itu bisa berdakwah dengan penuh kegembiraan. Nasida sendiri mempunyai arti nyanyian, sementara Ria dapat diartikan sebagai kegembiraan.
Saat ini, Nasida Ria berada di bawah pimpinan Choliq Zain yang tak lain adalah anak dari HM Zain. Adapun, untuk personilnya terdiri dari 11 perempuan, antara lain Rien Djamain (bass gitar), Afuwah (kendang), Nadhiroh (biola), Nurhayati (biola), Sofiatun (keyboard), Hamidah (seruling), Nurjanah (gitar), Uswatun Hasanah (gitar), Titik Mukaromah (gitar), Siti Romnah (piano), Thowiyah (kendang).
Mereka datang dari tiga generasi berbeda. Semuanya menguasai setidaknya tiga alat musik dan vokal. Oleh karena itu, tak perlu heran jika melihat personil Nasida Ria kerap berganti posisi saat tampil di atas panggung.
Kesuksesan Nasida Ria bisa bertahan lebih dari empat dekade tak terlepas dari peran K.H. Ahmad Buchori Masruri. Kyai asal Purwodadi, Jawa Tengah itu membantu menerjemahkan lagu atau syair berbahasa Arab untuk kemudian dinyanyikan oleh grup qasidah itu.
Tidak hanya itu, K.H. Ahmad Buchori Masruri juga menulis sejumlah lagu untuk Nasida Ria menggunakan nama samaran Abu Ali Haidar. Termasuk diantaranya adalah lagu "Bom Nuklir" dan "Perdamaian".
Beberapa lagu buatannya juga dianggap mampu menggambarkan bagaimana kondisi pada masa depan. Salah satunya adalah lagu "Tahun 2000" yang dibuat pada awal 1980-an menggambarkan bagaimana kehidupan setelah pergantian milenium, menyebutkan kerusakan lingkungan dan ketergantungan manusia dengan mesin atau perangkat elektronik.
Soal prestasi, Nasida Ria tentu saja tak bisa dipandang sebelah mata. Pada 1988, grup qasidah itu mengadakan konser di Malaysia untuk merayakan Tahun Baru Islam. Kemudian pada 1996, mereka diundang ke Berlin, Jerman untuk bermain di Die Garten des Islam (Pameran Budaya Islam) oleh Haus der Kulture.
Walaupun identik dengan ibu-ibu pengajian, nyatanya Nasida Ria juga punya tempat tersendiri di hati kaum muda Tanah Air. Pada 2016, mereka diundang untuk tampil di RRREC Fest in the Valley. Mereka juga menjadi penampil di acara Sycnhronize Fest selama dua tahun berturut-turut pada 2018-2019.