Bisnis.com, JAKARTA—Melindungi masyarakat dari risiko peredaran produk yang berbahaya terhadap kesehatan merupakan tugas Badan POM. Peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan terus dilakukan.
Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM, masih ditemukan produk obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Untuk memberantas peredaran obat tradisional tersebut, perlu dilakukan perkuatan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.
Spesialis penyakit dalam, Dr. Desca Medika Hertanto, Sp.PD, merasa hal ini penting untuk diketahui masyarakat luas. Terutama bagi mereka yang mengira obat-obatan herbal 100% alami dan malah merasakan dampak negatif.
“Jamu sangat dipercaya masyarakat untuk kesehatan namun ketika disisipi zat obat yang konsumen tidak tahu, maka bisa membuat hal yang tidak diinginkan. Herbal dianggap 100% baik dan ada khasiatnya, tapi kalau sudah disisipi zat kimia dan tidak tau takarannya bisa memberikan dampak negatif,” jelas Desca pada webinar virtual yang digelae BPOM Selasa (05/04/2022).
Obat tradisional yang mengandung BKO memang langsung memberikan perasaan yang lebih baik secara instant, namun efek sampingnya akan terasa nanti.
“Yang dirasakan memang perasaaan enak namun jika terus menerus akan ada efek sampingnya. Kalau kita ke dokter diberikan obat, kita tahu efek dan jangka waktu obatnya, namun ketika ditaro ke jamu yang dianggap aman dan malah dimasukan BKO jadi gak aman lagi,” lanjutnya.
Ciri-ciri dari orang yang terkena dampak BKO dan berlanjut ke ginjal, baru bisa dirasakan jika stadium 3 dan 4. Inilah bahayanya karena sebelum itu tidak menimbulkan gejala-gejala khusus. Lain halnya dengan yang berhubungan pada lambung, maka akan muntah-muntah.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia periode 2018-2021, Dr. Daeng M. Faqih, S.H, MH, berharap bahwa para dokter akan sering berkoordinasi terkait kasus BKO yang marak dialami masyarakat.
“Sering-sering berkoordinasi pada BPOM mengenai kasus yang diakibatkan bahan kimia obat, kami bekerja sama dalam menuntasan kimia obat. Marilah kita hidup sehat tanpa bahan kimia obat yang berbahaya,” pungkas Daeng.