Ilustrasi seorang anak dirawat akibat hepatitis akut misterius/WHO
Health

IDAI Rilis Alur Penanganan Kasus Probable Hepatitis Akut pada Anak, Ada Isolasi

Ni Luh Anggela
Kamis, 5 Mei 2022 - 15:41
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah meningkatkan kewaspadaan setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam rekomendasinya menyampaikan, dikatakan probable hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya apabila pemeriksaan Aspartate transaminase/ AST (SGOT) atau Alanine transaminase/ALT (SGPT) di atas 500 U/L dan minimal negatif hepatitis A, B dan C.

Pasien probable hepatitis akut selanjutnya akan menjalani isolasi. Adapun tatalaksana dibagi menjadi dua, yaitu tatalaksana sebagai hepatitis akut berat, apabila nilai INR dibawah 1,5 dan hepatitis fulminan, apabila INR di berada di atas 1,5 atau lebih dari 2.

Berikut alur lengkapnya, melansir laman resmi IDAI, Kamis (5/5/2022).

Tata Laksana sebagai Hepatitis Akut Berat

1. Perawatan Umum:
- Pasien akan dirawat di ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain.
- Tirah baring terutama pada fase akut.
- Monitoring perjalanan klinis terutama kesadaran dan laboratorium, terutama PT/INR dan albumin).
- Pengenalan gejala dan tanda hepatitis fulminan.

2. Pantau PT/INR secara berkala. Apabila ada kecenderungan peningkatan nilai  PT/INR, pasien perlu mendapatkan perawatan di ruang rawat intensif karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi hepatitis fulminan.

3. Pasien mengalami hepatitis fulminan bila didapatkan tanda koagulopati dengan INR > 2 yang tidak dapat dikoreksi dengan vitamin K (gangguan fase akut fungsi hepatoselular), atau terdapat penurunan kesadaran (ensefalopati) yang disertai koagulopati dengan INR > 1,5.

4. Kortikosteroid hanya diberikan pada kecurigaan hepatitis autoimun.

5. Jika dicurigai terkait MISC maka tata laksana mengikuti panduan IDAI sebelumnya.


Tata Laksana sebagai Hepatitis Fulminan

A. Perawatan Umum
1. Pasien dirawat di ruang rawat intensif untuk pemantauan secara ketat terus-menerus.

2. Pasien dirawat di dalam ruangan yang tenang dengan seminimal mungkin stimulasi untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial mendadak.

3. Kebutuhan total cairan direstriksi menjadi 85-90 persen rumatan, untuk mengurangi risiko edema serebri. Keadaan hipovolemia/dehidrasi harus segera dikoreksi.

4. Kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan pemberian nutrisi melalui NGT.

5. Pemantauan pasien, mencakup:
- Saturasi oksigen.
- Urine output tiap 6 jam.
- Tanda vital tiap 6 jam, termasuk tekanan darah, observasi neurologis, pemeriksaan gula darah.
- Elektrolit dan PT/INR tiap 12 jam.
- Pemeriksaan darah perifer lengkap tiap hari.
- Kultur darah dan urin saat awal perawatan dan diulang sesuai perkembangan klinis.

6. Obat:
- Hipoglikemia diatasi dengan pemberian dekstrosa intravena.
- Antibiotik sistemik dan antijamur oral profilaksis untuk menurunkan risiko infeksi bakteri dan infeksi jamur.
- Pada neonatus dapat diberikan asiklovir intravena sampai infeksi HSV dapat disingkirkan.
- N-asetilsistein (NAC) intravena dapat diberikan melalui infus kontinyu 100 mg per kg per 24 jam sampai INR normal.
- Sedasi tidak diberikan pada gagal hati akut kecuali pasien memerlukan ventilasi mekanik.

B. Manajemen Komplikasi
1. ENSEFALOPATI HEPATIK
- Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (hipertensi disertai bradikaradia dan/atau pola napas sentral, edema papil), dapat diberikan:
• Manitol 20 persen 0,5 gram/kg intravena dalam waktu 30 menit. Dosis ini dapat diulang tiap 8 jam bila osmolalitas serum kurang dari 320 mOsm/L, hemodinamik stabil, dan tidak terdapat gangguan elektrolit

ATAU

• Salin hipertonik (NaCl 3 persen) 3 mL/kg intravena dalam waktu 1 jam; pantau kadar natrium setiap 24 jam. Ini adalah dosis untuk indikasi penurunan tekanan intrakranial dan bukan untuk koreksi hiponatremia. Apabila terdapat imbalans elektrolit, maka imbalans elektrolit perlu dikoreksi terlebih dahulu sebelum pemberian manitol atau salin hipertonik.

- Bila terjadi kejang dapat diberikan tata laksana sesuai dengan Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus IDAI (2016). https://bit.ly/Rekomendasi_StatusEpileptikus

- Pada pasien dengan koma hepatikum dapat diperlukan pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) untuk menentukan prognosis.

2. HEMODINAMIK TIDAK STABIL
- Tata laksana dan pemantauan gangguan hemodinamik sesuai klinis.

3. GAGAL GINJAL
- Bila terjadi gangguan ginjal akut (AKI) perlu dikonsulkan ke nefrologi anak.

4. KOAGULOPATI
- Koagulopati digunakan untuk menilai prognosis dan pemantauan progresifitas penyakit.
- FFP tidak diberikan untuk memperbaiki koagulopati, kecuali pada pasien yang disiapkan untuk transplantasi, akan menjalani prosedur invasif atau terdapat perdarahan.
- Trombosit dipertahankan di atas 50.000/µL.
- Ranitidin atau proton pump inhibitor (PPI) dapat diberikan untuk mencegah perdarahan lambung.
- Apabila terdapat gejala neurologis (penurunan kesadaran, kejang, dan/atau defisit neurologis fokal) pada pasien dengan koagulopati, perlu dipikirkan perdarahan intrakranial (pada keadaan hipokoagulabilitas) atau iskemik (pada keadaan hiperkoagulabilitas) sehingga perlu dilakukan CT scan kepala tanpa kontras.

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro