Bisnis.com, JAKARTA – Musim pancaroba menyebabkan perubahan cuaca yang sangat cepat. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko tubuh terserang penyakit. Salah satunya, penyakit chikungunya yang dapat menular. Untuk dapat menghindari penularannya, penting untuk menyimak bagaimana proses penularan penyakit chikungunya.
Dilansir dari rilis yang dibagikan oleh WHO, Selasa (26/7/2022), chikungunya pertama kali ditemukan pada wabah di Tanzania selatan pada tahun 1952. Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA yang termasuk dalam genus alphavirus dari famili Togaviridae.
Nama "chikungunya" berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde, yang berarti "menjadi berkerut", dan menggambarkan penampilan bungkuk penderita nyeri sendi (artralgia).
Pada tahun 2004, wabah ini mulai merebak di Kenya dan terus menyebar ke lokasi sekitarnya di Samudera Hindia. Dalam dua tahun berikutnya, sekitar 500.000 kasus dilaporkan di Pulau La Reunion, lebih dari 1/3 populasi terinfeksi.
Epidemi kemudian menyebar dari Samudra Hindia ke India, di mana ia bertahan selama beberapa tahun, menginfeksi hampir 1,5 juta orang. Wisatawan viremic melihat virus menyebar ke Indonesia, Maladewa, Sri Lanka, Myanmar dan Thailand.
Lambat laun, virus ini kian meluas hingga pada tahun 2017, ECDC melaporkan sebanyak 10 negara, dengan 548 kasus chikungunya, dimana 84 persen kasus dikonfirmasi.
Untuk diketahui, penyakit ini merupakan penyakit menular. Proses penularan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Jenis nyamuk yang dapat menularkan penyakit ini adalah nyamuk dengan jenis yang sama seperti penyebab demam berdarah, yakni nyamuk jenis Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Kedua jenis nyamuk tersebut akan menularkan penyakit Chikungunya apabila sempat menggigit seseorang yang sebelumnya sudah terinfeksi. Karena hal itulah, penyakit ini dapat menular dengan cepat antar manusia.
Dalam prosesnya, nyamuk dapat mengambil virus saat menelan darah. Virus itu kemudian mengalami periode replikasi di dalam tubuh nyamuk, sebelum ditransmisikan kembali ke inang baru, ketika nyamuk menggigit manusia. Kemudian, virus akan kembali bereplikasi pada orang yang baru terinfeksi dan berkembang biak hingga konsentrasi tinggi.
Di dalam tubuh nyamuk, virus RNA bereplikasi di bagian usus tengah nyamuk. Kemudian menyebar ke jaringan sekunder, termasuk kelenjar ludah.
Siklus penularan lengkap dari manusia ke nyamuk, dan kembali ke manusia dapat terjadi dalam waktu kurang dari seminggu. Setelah menular, nyamuk diyakini mampu menularkan virus selama sisa hidupnya.
Untuk melakukan pencegahan dasar, Anda dapat menggunakan lotion anti nyamuk atau menggunakan pakaian yang meminimalisir paparan kulit terbuka. Selain itu, terus menjaga kebersihan dan memperhatikan tampungan air serta air yang menggenang selama musim hujan penting untuk dilakukan untuk meminimalisir perkembangan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.