Bisnis.com, JAKARTA – Informasi kesehatan mental kini telah banyak menjadi perhatian sebagian besar kalangan. Diantara berbagai masalah kesehatan mental yang umumnya dikenal adalah OCD. Lantas apa sebenarnya yang dimaksud OCD?
Untuk diketahui, OCD adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang umum di mana seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.
Orang yang mengidap OCD akan merasakan sensasi yang tidak diinginkan secara berulang (obsesi) atau dorongan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsi).
OCD dapat menyerang pria, wanita, dan anak-anak. Sebagian orang mengalami gejala awal penyakit ini pada saat mereka memasuki masa pubertas, tetapi biasanya dimulai pada awal masa dewasa.
Penyakit ini bukan tentang kebiasaan seperti menggigit kuku atau memikirkan pikiran negatif. Melainkan sebuah pikiran obsesif yang mungkin bahwa angka atau warna tertentu dinilai "baik" atau "buruk" secara obsesif.
Contoh lainnya adalah, kebiasaan kompulsif seperti mencuci tangan sebanyak tujuh kali setelah menyentuh sesuatu yang mungkin kotor, mungkin bisa jadi gejala yang jelas bagi. Meskipun mereka mungkin tidak ingin memikirkan atau melakukan hal-hal ini, mereka yang mengidap penyakit ini merasa tidak mampu untuk berhenti.
Jenis dan Gejala Penyakit OCD
OCD datang dalam berbagai bentuk, tetapi kebanyakan kasus jatuh ke dalam setidaknya satu dari empat kategori umum, diantaranya:
1. Checking/Memeriksa
Yakni, kegelisahan memikirkan hal-hal seperti kunci, sistem alarm, oven, atau sakelar lampu, atau mengira Anda memiliki kondisi medis seperti kehamilan atau skizofrenia
2. Contamination/Kontaminasi
Ketakutan akan hal-hal yang mungkin kotor atau dorongan untuk membersihkan. Kontaminasi mental melibatkan perasaan seperti Anda telah diperlakukan seperti kotoran.
3. Symmetry and ordering/simetri dan keteraturan
Kegelisahan terkait kebutuhan untuk mengatur sesuatu dengan cara tertentu secara obsesif dan kompulsif
4. Ruminations and intrusive thoughts/Perenungan dan pikiran yang mengganggu
Yakni obsesi dengan garis pemikiran. Beberapa dari pikiran ini mungkin keras atau mengganggu.
Penyebab OCD dan Faktor Risiko
Para ahli medis termasuk dokter tidak memiliki alasan yang pasti terkait mengapa beberapa orang menderita OCD. Stres dapat memperburuk gejala. Namun umumnya, faktor risiko yang disinyalir dapat memantik kondisi OCD meliputi:
1. Riwayat keluarga – Anda lebih mungkin mengembangkan OCD jika anggota keluarga memilikinya, mungkin karena gen
2. Terdapat perbedaan di otak – beberapa orang dengan OCD memiliki area aktivitas tinggi yang tidak biasa di otak mereka atau tingkat rendah bahan kimia yang disebut serotonin
3. Peristiwa kehidupan – OCD mungkin lebih sering terjadi pada orang yang telah diganggu, dilecehkan atau diabaikan, dan kadang-kadang dimulai setelah peristiwa penting dalam hidup, seperti melahirkan atau berkabung
4. Kepribadian – rapi, teliti, metodis orang dengan standar pribadi yang tinggi mungkin lebih mungkin untuk mengembangkan OCD, juga orang yang umumnya cukup cemas atau memiliki rasa tanggung jawab yang sangat kuat untuk diri mereka sendiri dan orang lain
Terkadang, seorang mungkin mengalami OCD setelah infeksi streptokokus. Ini disebut gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang terkait dengan infeksi streptokokus, atau PANDAS.
Perawatan untuk penderita gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Ada beberapa perawatan efektif untuk OCD yang dapat membantu mengurangi dampaknya pada hidup Anda. Perawatan utama adalah:
1. Terapi psikologis – biasanya terapi perilaku kognitif (CBT), yang membantu Anda menghadapi ketakutan dan pikiran obsesif Anda tanpa "memperbaikinya" melalui kompulsi
2. Konsumsi obat – biasanya sejenis obat antidepresan yang disebut selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), yang dapat membantu dengan mengubah keseimbangan bahan kimia di otak Anda
CBT biasanya akan memiliki efek yang cukup cepat. Diperlukan beberapa bulan sebelum Anda melihat efek pengobatan dengan SSRI, tetapi kebanyakan orang pada akhirnya akan mendapat manfaat.
Jika perawatan ini tidak membantu, pasien mungkin akan direkomendasikan untuk mengonsumsi SSRI alternatif atau diberikan kombinasi SSRI dan CBT.