Ilustrasi Omicron./
Health

Mengenal Omicron BF.7 Pemicu Lonjakan Kasus di China

Arlina Laras
Kamis, 22 Desember 2022 - 16:17
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Omicron BF.7 merupakan varian COVID yang kini melanda China, yang memicu peningkatan kasus yang ada.

Di Cina, varian BF.7 yang merupakan kependekan dari BA.5.2.1.7, merupakan sub-silsilah dari Omicron BA.5.

Virus COVID-19 memang telah bermutasi menjadi beberapa varian sejak kemunculannya pada tahun 2020. Dari semua varian tersebut, Omicron menjadi varian dominan selama lebih dari setahun.

Dari situasi COVID di China, varian BF.7 memiliki kemampuan penularan tertinggi.

Sesuai laporan, varian BF.7 Omicron lebih cepat menular, memiliki masa inkubasi singkat, dan mudah menginfeksi orang. Ditemukan juga bahwa varian tersebut menginfeksi secara setara terlepas dari status vaksinasi mereka.

Di tengah meningkatnya kasus COVID di China, sebuah tweet oleh ahli epidemiologi Eric Feigl-Ding menjadi viral.

Dalam cuitannya, Eric mengatakan bahwa kematian akibat COVID di China kemungkinan akan meningkat hingga jutaan. Dia memperkirakan lebih dari 60 persen populasi di China akan terinfeksi dalam 3 bulan ke depan. Dia juga memperkirakan infeksi COVID untuk populasi global.

Di tengah kekhawatiran global seputar situasi COVID di China, sudah ada empat kasus telah ditemukan di India. Sejauh ini, masing-masing dua kasus infeksi BF.7 COVID telah ditemukan di Gujarat dan Odisha yang terdeteksi dalam pengujian sampel pada 30 September.

“Pada saat pengujian, itu bukan VOC (Variant of Concern) atau VOI (Variant of Interest). Dalam 3 bulan sejak itu, tidak ada sampel BF.7 lain yang terdeteksi di Odisha,” kata departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga Odisha dilansie dari Times of India, Kamis (22/12/2022).

Gejala infeksi COVID-19 varian BF.7

Gejala yang terkait dengan varian ini mirip dengan varian lainnya. 

Gejala yang terlihat pada orang yang terinfeksi varian ini adalah demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan kelelahan.

Menurut Dr Maharshi Desai, Spesialis Perawatan Kritis Senior, Rumah Sakit Apollo, Ahmedabad, umumnya gejala ini adalah 'flu' ringan. Namun terkadang beberapa orang mengalami gejala parah seperti sesak napas, batuk, kelelahan, dan kadar oksigen rendah. 

"Kemungkinan besar kita tidak perlu terlalu khawatir karena populasi India telah mendapatkan kekebalan kawanan terhadap virus yang lazim. Namun, kita perlu berhati-hati karena jenis virus ini sering bermutasi, membuat kekebalan yang diperoleh sebelumnya menjadi kurang protektif," kata Dr Desai.

Sesuai penelitian, 85 persen populasi yang telah mendapat suntikan vaksin keempat, maka peningkatan infeksi dapat melambat. 

“Meningkatkan penyerapan booster hingga 95 persen di antara usia 18-59 dan 3-59 tahun akan semakin mengurangi angka kematian secara keseluruhan masing-masing menjadi 305 dan 249 per juta," saran studi tersebut.

Orang dengan risiko tinggi

Orang-orang di usia ekstrim seperti bayi dan populasi geriatri, pasien dengan penyakit jantung, paru-paru, hati, ginjal, kanker, diabetes harus ekstra hati-hati, saran Dr Desai.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal 'Cell Host and Microbe' menemukan bahwa BF.7 memiliki resistensi netralisasi 4,4 kali lipat lebih tinggi daripada varian asli COVID yang terdeteksi di Wuhan pada tahun 2020.

Ini berarti bahwa antibodi dari penyintas lebih kecil kemungkinannya untuk menetralkan atau menghancurkan BF.7.

Studi ini juga menemukan bahwa resistensi netralisasi BF.7 adalah 10 kali lipat lebih tinggi dari satu subvarian Omicron, BQ.1.

Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro