Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Kasus Baru Gagal Ginjal Akut, Pengamat: Belum Ada Komitmen Kuat untuk Perbaiki Regulasi

Terlebih kasus gagal ginjal akut berbicara terkait obat yang diedarkan secara bebas pada masyarakat.
Andhika Anggoro Wening
Andhika Anggoro Wening - Bisnis.com 07 Februari 2023  |  18:54 WIB
Kasus Baru Gagal Ginjal Akut, Pengamat: Belum Ada Komitmen Kuat untuk Perbaiki Regulasi
Kasus Baru Gagal Ginjal Akut, Pengamat: Belum Ada Komitmen Kuat untuk Perbaiki Regulasi - Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pakar keamanan dan ketahanan kesehatan global Griffith University Australia Dicky Budiman menyatakan temuan kasus baru gagal ginjal akut menjadi bukti lemahnya deteksi dini kesehatan.

“Ini alasan klasik dari dulu yang tidak pernah diperbaiki. Artinya, belum ada komitmen yang kuat untuk memperbaiki regulasi. Tidak seperti semangat melakukan revisi atau membuat regulasi baru di sektor lain,” kata Dicky kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Dicky menurutkan bahwa deteksi yang lemah berpotensi memicu temuan kasus baru lain yang serupa ataupun serupa dalam bentuk yang tidak sama sesuai dengan logika ilmiah. Terlebih kasus gagal ginjal akut berbicara terkait obat yang diedarkan secara bebas pada masyarakat.

Dengan adanya deteksi yang lemah, setiap kasus tidak bisa termonitoring dengan baik. Ia menilai hal tersebut sangat berbahaya, sebab satu kasus yang ditemukan bisa menggambarkan seperti apa fenomena gunung es yang sebenarnya ada dalam masyarakat.

Dicky menilai sistem deteksi semua penyakit di Indonesia, tidak banyak berubah dalam 20 hingga 30 terakhir. Dalam konteks memastikan tiap obat maupun makanan yang aman dan berkualitas saja, Indonesia masih lemah bahkan hanya dalam skala ASEAN.

Seharusnya, kata dia, kembali ditemukannya kasus gagal ginjal akut pada anak dijadikan sebagai pembelajaran berharga sekaligus momentum memperbaiki regulasi kesehatan yang masih lemah. Hal ini sangat penting dilakukan sebagai bentuk kepedulian pemerintah atas kualitas kesehatan masyarakat.

“Pendekatan kita harus berbasis sains, bukan politik ekonomi karena itu masalah besar. Jika tidak, ini tidak akan menyelesaikan masalah bahkan bisa melahirkan masalah baru,” ujarnya.

Menurut dia, Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan bahwa fokus dalam penanganan wabah ataupun kasus sebuah penyakit yang tidak biasa harus selalu diselesaikan dengan berbasis sains.

Oleh karena itu, Dicky meminta pemerintah mencari cara dengan menggandeng stakeholder untuk memperkuat deteksi dini sekaligus mengidentifikasi masalah secara lebih mendetil dengan mengesampingkan terlebih dahulu masalah politik atau ekonomi.

Dia juga menyarankan pemerintah untuk segera menetapkan status gagal ginjal akut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Dengan tujuan semua regulasi, penanganan, dan pergerakan dari pusat hingga daerah dapat dilakukan secara serentak dan merata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

gagal ginjal ginjal penyakit ginjal kebiasaan merusak ginjal kesehatan ginjal
Editor : Andhika Anggoro Wening

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top