Bisnis.com, SOLO - Bisnis minuman milik Jerome Poline Sijabat, Menantea, mendadak menjadi viral di media sosial.
Viralnya Menantea ini awal mulanya disebabkan dari curhatan seorang warganet yang mengalami kerugian dan merasa ditipu setelah melakukan franchise.
Melalui akun @MenanteaHarapan, ia mengatakan bahwa bisnis Menantea adalah scam atau penipuan karena tak kunjung mendapat laba.
Dengan saham Rp2,9 miliar dan investor ribuan, omset penjualan Menantea tak sebanding dengan pengeluarannya.
Akun tersebut mengatakan bahwa mitra Menantea pernah ada yang hanya menjual kurang dari 10 minuman dalam satu hari. Padahal biaya franchise yang dikeluarkan mencapai ratusan juta.
"Ada yang cuma lima biji jualannya padahal ngumpulin duit berapa lama itu buat modalin bukanya 400jt ++," curhat sang mitra.
Cuitan ini akhirnya dituangkan ke media sosial setelah menajemen Menantea tak kunjung mendengarkan keluhan Mitra.
Klarifikasi Menantea
Setelah ramai mendapat perhatian publik, salah satu founder Menantea Jehian Panangian Sijabat memberikan klarifikasi melalui Twitternya pada Kamis (23/3/2023).
Ia mengatakan sudah bertemu dengan perwakilan Mitra Menantea yang merasa dirugikan. Kedua belah pihak pun sudah berdiskusi untuk mencapai titik temu terhadap bisnis tersebut.
"Pagi ini, saya bertemu dengan perwakilan Mitra Menantea dari 10+ toko (yang masih beroperasi maupun yang sudah tutup) dan berdiskusi hal-hal seputar kondisi penjualan, perbaikan, dan masukan kepada manajemen Menantea," tulis Jehian.
Pihaknya pun menyadari banyak perbaikan yang harus dilakukan dengan segara terhadap Menantea.
Pendapatan Menantea
Melansir dari situs resminya, franchise Menantea terpantau menjual sahamnya dengan target Rp2,9 miliar di situs Bizhare.id.
Hingga kini, sudah ada 2503 orang yang membeli saham tersebut dengan keuntungan yang bisa dihasilkan investor dengan angka Rp730-900 juta per tahun.
Apabila berhasil, maka waktu balik modal bisnis ini hanya memerlukan sekitar 38 hingga 27 bulan.
Hanya saja, mitra mengungkap fakta sebaliknya. Ia mengatakan bahwa pihaknya kesulitan balik modal karena penjualan yang sepi.
Sayangnya, tak banyak bantuan yang diberikan oleh manajemen.