Bisnis.com, JAKARTA - Polutan dalam ruangan tidak boleh disepelekan karena dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan manusia.
Efek dari paparan polutan dalam ruangan dapat bervariasi, tergantung pada jenis polutan dan durasi paparan.
Salah satu sumber polutan dalam ruangan yang berbahaya adalah Volatile Organic Compounds (VOC) dan bisa berbahaya bagi kesehatan manusia jika terkonsentrasi dalam jumlah yang tinggi dalam udara dalam ruangan.
Influencer penggemar lingkungan, kesehatan, dan gaya hidup Bima Aryo mendeteksi kenaikan kadar VOC (Volatile Organic Compounds) pada saat di dapur, bahkan mencapai lebih dari 12.000 mikrogram per meter kubik.
“Empat kali lipat di atas batas kadar wajar dan tergolong ‘sangat buruk’ pada indeks kualitas udara Dyson,” katanya dalam Pemaparan Kondisi Kualitas Udara bersama Dyson, Kamis (13/4/2023).
Kondisi inipun dijelaskan oleh Lead Data Engineer Dyson Scott Lowther yang mengatakan salah satu sumber polutan di dapur adalah asap yang dihasilkan dari proses memasak.
“Asap mengandung zat-zat berbahaya, seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan partikel halus. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk membersihkan peralatan dapur, seperti deterjen dan pemutih juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan saluran pernapasan,” ujar Scott.
Pasalnya, zat-zat yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan itu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, bahkan hingga masalah pernapasan yang serius.
Bima pun menuturkan lonjakan serupa juga terjadi dengan kadar CO2 saat dia berada di dalam mobil menetap.
“Iya dia meningkat sampai 2.000 mikrogram per meter kubik dan angkanya baru menurun ketika saya keluar dari mobil,” jelasnya.
Kadar CO2 di dalam mobil biasanya berasal dari emisi gas buang kendaraan dan dari hembusan nafas penumpang di dalam mobil.
Saat kendaraan berjalan, mesin akan menghasilkan gas buang yang mengandung berbagai jenis gas seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), oksida nitrogen (NOx), dan tentu saja karbon dioksida (CO2).
Gas-gas ini kemudian akan keluar dari knalpot kendaraan dan tersebar di sekitar kendaraan.
Selain itu, ketika ada penumpang di dalam mobil, mereka juga menghasilkan CO2 melalui proses pernapasan. CO2 yang dihasilkan kemudian akan terakumulasi di dalam mobil jika sirkulasi udara tidak cukup baik atau ketika penggunaan AC dalam mobil terlalu lama dalam kondisi tertutup.
Kadar CO2 yang tinggi di dalam mobil dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan karena dapat menyebabkan sakit kepala, mual, pusing, dan bahkan kehilangan kesadaran.
"Penting untuk memastikan sirkulasi udara yang baik di dalam mobil dan menghindari penggunaan AC yang terlalu lama dalam kondisi tertutup," kata Scott.
Untuk mengurangi kadar CO2 di dalam mobil, disarankan untuk membuka jendela atau ventilasi mobil secara teratur, terutama saat berkendara di jalan yang macet atau berada dalam kondisi tertutup.
Selain itu, perlu diingat untuk melakukan perawatan AC secara rutin dan menggantikan filter udara secara teratur agar udara di dalam mobil tetap bersih dan segar.
Di sisi lain, Bima Aryo juga mencatat kadar PM2.5 mengalami peningkatan mencapai 100 mikrogram per meter kubik pada malam hari di jalan raya.
“Banyak laporan soal buruknya kualitas udara di Jakarta. Sayangnya, banyak warga masih tidak sepenuhnya memahami dampak polutan yang mereka hadapi. Dengan Air Quality Backpack Dyson, saya bisa mendeteksi tingkat PM2,5 dan PM10,” ujarnya.
Lebih lanjut, ketika dirinya bersepeda ke arah Jakarta Selatan, paparan PM2.5 kian terdeteksi dengan kadar yang tergolong ‘sangat buruk’, pembakaran mesin kendaraan seperti bus dan minibus menjadi sumber umum polusi di jalanan perkotaan Jakarta.
Influencer lifestyle lain yakni Ario Pratomo juga melaporkan temuannya, di mana dia mendeteksi peningkatan pada partikel NO2 di depan stasiun MRT Bundaran HI, yang terletak di kawasan lalu lintas padat.
Selanjutnya, Vania F. Herlambang pun menuturkan adanya kenaikan PM2.5 dan VOC saat melewati pedagang yang sedang membakar makanan di kawasan Blok M pada malam hari.
Selain itu, lonjakan PM2.5 juga terdeteksi ketika influencer lain, yaitu F.X. Mario Hadiwono ketika dirinya berkunjung ke pasar tradisional di Jakarta Utara yang terdapat banyak pedagang merokok.
Sebaliknya, status kondisi udara “baik” dapat ditemukan di kawasan hijau di Pantai Indah Kapuk.
Sebagai informasi, proyek ini adalah studi global lanjutan setelah kadar polusi pribadi saat lockdown COVID-19 dan pemantauan paparan selama musim kabut asap di Delhi, India.
Frederic Nicolas, Dyson Air Science Engineering Lead menjelaskan Air Quality Backpack awalnya dikembangkan para insinyur Dyson untuk penelitian Breathe London bersama King’s College London dan the Greater London Authority.
Dirinya menuturkan alat portable yang dilengkapi teknologi sensor yang juga ada dalam air purifier Dyson ini dimaksudkan untuk bisa mengukur paparan PM2.5, PM10, dan VOC serta NO2 secara akurat.
“Pencemaran udara adalah masalah global. Dalam fase teknologi sensor kami meningkatkan kemampuan sensor dan mengembangkan aplikasi kualitas udara—untuk memperlihatkan yang tidak kasat mata dan agar pengguna dapat mengontrol paparan mereka terhadap polusi,” katanya.