Bisnis.com, JAKARTA — Di kancah global, Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen biji kakao terbesar. Bahan baku yang melimpah dan berkualitas tinggi di Tanah Air membuka peluang berkembangnya usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) olahan cokelat.
Salah satu UMKM yang menggeluti bisnis itu ialah Krakakoa. Krakakoa membawa misi untuk menjadikan cokelat Indonesia sebagai primadona.
Kepada Bisnis.com, Founder dan CEO Krakakoa Sabrina Mustopo berkisah Krakakoa lahir dari ketertarikannya terhadap sektor perkebunan cokelat sejak 10 tahun lalu saat masih bekerja di perusahaan konsultan internasional.
"Indonesia produsen kakao terbesar di Asia dan terbesar ke-6 di dunia, tetapi produk cokelat di pasaran yang berkualitas itu mayoritas impor dari Swiss atau Belgia," ucapnya.
Kegelisahan itu membuat Sabrina memantapkan diri untuk menggeluti seluk beluk perkebunan cokelat di Indonesia, mulai dari praktik perkebunan yang tidak berkelanjutan, kemiskinan yang dihadapi petani, hingga rantai pasok yang panjang.
Krakakoa, kata Sabrina, lahir untuk menawarkan solusi dengan model bisnis yang berkelanjutan, integrasi rantai pasok, hingga menawarkan harga beli yang lebih tinggi alias premium price kepada petani. Di sektor hulu, Krakakoa memberikan pelatihan gratis selama 2 bulan kepada para petani terkait dengan praktik perkebunan yang baik dan berkelanjutan.
"Saat ini, kami sudah kerja sama dengan petani kakao di Sulawesi, Sumatra, Bali, dan yang masih baru di Papua. Tagline kami from farmer to bar," ucapnya.
Modal awal untuk menjalankan bisnis Krakakoa disebut mencapai US$50.000 yang berasal dari angel investors dan institutional impact investors. Dana itu digunakan untuk membangun pabrik di Bandar Lampung dan mesin-mesin yang dibutuhkan.
Saat ini, Krakakoa memiliki kapasitas produksi sebanyak 5 ton per bulan dengan 30-40 variasi produk, mulai dari cokelat batangan, camilan cokelat, hingga bubuk minuman cokelat. Masing-masing jenis produk juga punya ramuan rasa yang beragam, seperti gula aren, kayu manis, jahe, cabai, dan salted caramel.
Untuk chocolate bar, Arenga 100% Dark Chocolate yang berasal dari kakao Sumatra menjadi salah satu produk jagoan Krakakoa yang dibanderol seharga Rp46.700 per 50 gram. Varian itu juga tercatat pernah meraih medali perunggu dari Academy of Chocolate pada 2018.
"Selain pasar domestik, kami juga mengekspor ke Singapura, Uni Eropa, Hong Kong, dan Selandia Baru," imbuh Sabrina.
Dalam pengembangan usahanya, Krakakoa juga mendapat binaan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) setelah menjadi peserta dalam UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur.
Sabrina menambahkan perkembangan ekonomi digital di Indonesia berbuah manis bagi Krakakoa. Bahkan, 80% omzet Krakakoa sempat berasal dari kanal penjualan online saat pandemi.
"Penjualan online meningkat tajam saat pandemi, dari sebelumnya orang tidak beli cokelat secara daring. Tapi sekarang sudah melandai jadi sekitar 5%-10%," ujarnya.