Tangkapan layar- Ilustrasi Virus Corona varian Omicron. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Health

'Eris' Varian Covid Baru Muncul di Inggris, Lebih Menular dari Omicron

Mia Chitra Dinisari
Senin, 7 Agustus 2023 - 17:07
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Inggris mencatat kenaikan kasus covid-19 dengan varian baru bernama Eris.

Varian EG.5.1, yang dijuluki Eris, merupakan turunan dari Omicron yang menyebar dengan cepat.

''EG.5.1 pertama kali dimunculkan sebagai sinyal dalam pemantauan pada 3 Juli 2023 sebagai bagian dari pemindaian cakrawala karena meningkatnya laporan internasional, khususnya di Asia. Itu kemudian dinaikkan dari sinyal dalam pemantauan ke varian V-23JUL-01 pada 31 Juli 2023 karena meningkatnya jumlah genom dalam data Inggris, dan pertumbuhan yang berkelanjutan secara internasional. Mendeklarasikan silsilah ini sebagai varian akan memungkinkan karakterisasi dan analisis lebih rinci,'' kata UKHSA dilansir dari NDTV.

Varian Eris sekarang merupakan satu dari tujuh kasus COVID baru, menurut UKHSA.

Sesuai laporan terbaru UKHSA pada 3 Agustus, kasus COVID-19 terus meningkat di seluruh negeri. "5,4% dari 4.396 spesimen pernapasan yang dilaporkan melalui Respiratory DataMart System teridentifikasi sebagai COVID-19. Ini dibandingkan dengan 3,7% dari 4.403 dari laporan sebelumnya," kata agensi tersebut dalam laporannya.

Lima gejala Eris yang paling umum, strain Omicron, adalah pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin, dan sakit tenggorokan, menurut Independent.

Varian ini menyebar dengan cepat dan bisa menjadi salah satu alasan mengapa ada peningkatan kasus dan rawat inap baru-baru ini.

“Kami terus melihat peningkatan kasus COVID-19 dalam laporan minggu ini. Kami juga melihat peningkatan kecil dalam angka rawat inap di sebagian besar kelompok usia, terutama di kalangan lansia. Tingkat penerimaan keseluruhan masih sangat rendah dan saat ini kami tidak melihat peningkatan serupa dalam penerimaan ICU,” kata Dr Mary Ramsay, Kepala Imunisasi UKHSA.

Para pejabat mengatakan mereka "dengan cermat" memantau situasi karena tingkat kasus COVID terus meningkat.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meskipun orang lebih terlindungi dengan vaksin dan infeksi sebelumnya, negara tidak boleh lengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro