BIRU langit mulai berpendar dikikis jingga. Menandakan baskara segera beringsut digantikan candra dan kartika. Bulir-bulir pasir tertiup angin mengikis lelah perjalanan, lebih dari 3 jam dari Kota Kupang.
Awak kapal mulai melego jangkar saat jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WITA lewat. Kapal ferry menghantarkan kami dari Pelabuhan Pasir Baru, Pulau Rote, pukul 09.00 WITA. Lebih dari 4 jam perjalanan untuk mencapai Pelabuhan Tenau, Kupang.
Hampir pukul 14.00 kami bergegas menuju Pantai Oetune yang berada di Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT). Masih sempat diselingi makan siang di Kota Kupang.
Kami harus berkejaran dengan waktu bila ingin melihat surya tenggelam di ‘padang pasir’ Oetune. Google maps memberikan waktu tempuh 3 jam 15 menit, sekitar 125 kilometer. Artinya, pukul 17.00 WITA lewat kami baru sampai ujung selatan daratan Timor itu.
Jalan lintas negara yang menghubungkan Kupang ke Timor Leste terbilang mulus. Hanya beberapa titik jalan aspal rusak tersapu arus sungai tadah hujan. Kendaraan mampu dipacu dengan kecepatan di atas 80 kilometer. Kebetulan lalu lintas lenggang.
Saat berbelok ke kanan, ke arah selatan TTS, jalanan mulus dan sepi. Bahkan, kecepatan tembus 100 kilometer per jam. Namun, tiba-tiba jalanan rusak dan bergelombang. Beberapa ruas jalan sempit, sehingga harus dipasang gigi rendah. Sesekali sapi dan anjing melintas di jalan.
Nyaris pukul 17.00 WITA kami tiba di gerbang Pantai Oetune. Seperti jalan perkampungan. Tidak beraspal. Tidak ada listrik. Saat malam tiba, kami menjumpai warga berjalan membawa lampu senter.
Anak-anak kecil menyambut kedatangan kami. Menawarkan jasa memandu menuju spot yang menarik. Mereka pun memberikan jasa foto. Rupanya anak-anak sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) diajari teknik dasar foto untuk bekal memandu wisatawan.
Tiga anak masuk ke mobil. Ajeng dan kedua temannya mengarahkan kami ke hamparan pasir laut yang membentuk bilur-bilur karena tertiup angin. Kencangnya angin membuat pasir beterbangan hingga menyapu wajah.
Drone yang diterbangkan pun gontai menahan sapuan angin. Gundukan pasir cukup tinggi dibandingkan dengan pasir yang menyentuh bibir pantai. Antara 5-10 meter tingginya. Gundukan pasir hingga bibir pantai pun cukup jauh, hampir 50 meter.
Topografi lautan pasir itu membentang luas. Panjang pantai dari ujung timur ke barat bisa mencapai ribuan meter. Diperlukan waktu seharian untuk menyusuri Pantai Oetune. Idealnya memang pengunjung datang pada siang hari hingga menanti matahari terbenam.
Hamparan padang pasir di Pantai Oetune membentang dari ujung timur ke ujung barat seperti gurun yang tidak bertepi./Bisnis-HTA
Kala Surya Tenggelam di Oetune
Pemandangan surya tenggelam (sunset) cukup indah. Meskipun matahari tidak tenggelam di ujung lautan. Baskara menghilang di antara pohon dan perbukitan. Namun, menyisakan lukisan aneka warna di cakrawala.
Horison di langit Pantai Oetune berubah-ubah warna seiring dengan pergantian siang ke malam./Bisnis-HTA
Membentuk horison berbagai warna. Merah, jingga, kuning, hingga pink. Setiap pergantian warna bisa diabadikan melalui kamera. Di pinggir pantai bisa diambil gambar seolah-olah kita bercermin dengan latar langit aneka warna.
Sisa-sisa air laut yang terbawa ombak di tepian pantai seperti cermin yang merefleksikan cakrawala saat matahari tenggelam./HTA
Foto siluet pun sangat menarik dengan latar pantai atau padang pasir. Para fotografer cilik dapat membantu memanfaatkan momen tersebut.
Foto siluet jepretan fotografer cilik setempat untuk membantu wisatawan mengabadikan momen/Ajeng
Sesaat malam pun datang. Baskara terlihat meski tidak utuh karena telah melewati purnama. Kartika bertebaran karena cuaca sedang bagus-bagusnya. Dengan mata telanjang kita bisa melihat gugusan bintang-bintang.
Jalan untuk kembali ke parkiran terlihat temaram. Meski dipandu lintang, tetap perlu dipandu pencahayaan. Banyak rumput berduri di sekitar hamparan pasir.
Pantai Oetune merupakan salah satu rekomendasi apabila wisatawan berkunjung ke Kupang. Bagi kami ini mampu mengikis penyesalan setelah tertinggal kapal ferry malam hari di Pulau Rote. Surga marginal di ujung selatan Pulau Timor.