Bisnis.com, JAKARTA -- Dua ilmuwan pengembang teknologi vaksin mRNA Covid-19 menerima hadiah Nobel 2023 di bidang fisiologi atau kedokteran.
Adalah Katalin Karikó, seorang profesor di Universitas Szeged di Hongaria, dan Drew Weissman, Direktur Penn Institute for RNA Innovations, akan berbagi hadiah sebesar US$1,02 juta atau sekitar Rp15,5 miliar.
Mengutip Live Science, Royal Swedish Academy of Sciences di Stockholm menyebutkan bahwa penemuan keduanya yang menghasilkan vaksin messenger RNA (mRNA) yang tidak menghasilkan respons imun yang tidak diinginkan. Hal ini memungkinkan suntikan vaksin yang masuk ke dalam tubuh tidak menyebabkan peradangan parah.
Vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna sendiri saat ini sudah sama-sama dibuat berdasarkan penelitian mRNA yang dikembangkan oleh para ilmuwan.
“Vaksin mRNA, bersama dengan vaksin Covid-19 lainnya, telah diberikan lebih dari 13 miliar kali,” kata Rickard Sandberg, Anggota Komite Nobel bidang fisiologi atau kedokteran dan Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia, saat pengumuman pemberian hadiah tersebut pada Senin (2/10/2023).
Bersama-sama, kedua pemenang hadiah telah menyelamatkan jutaan nyawa, mencegah Covid-19 yang parah, mengurangi beban penyakit secara keseluruhan, dan memungkinkan masyarakat untuk kembali hidup normal seperti sebelum pandemi.
Vaksin bekerja dengan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan respons kekebalan terhadap kuman tertentu, seperti virus.
Sebelum munculnya vaksin mRNA, vaksin pertama bekerja dengan memasukkan versi virus yang telah dimatikan atau dilemahkan ke dalam tubuh, sehingga memberikan kesempatan pada sistem kekebalan untuk memperoleh kekebalan sebelum bertemu dengan patogen yang lengkap.
Vaksin yang dikembangkan kemudian mengandung protein yang diambil dari permukaan virus. Setelah terpapar protein ini, sel kekebalan membuat antibodi yang dapat memblokir protein tersebut dan virus asalnya.
Ada juga suntikan, seperti vaksin Ebola, yang menggunakan virus kosong untuk mengangkut “cetak biru” DNA suatu patogen ke dalam tubuh, sehingga menghasilkan efek serupa.
Namun, untuk memproduksi vaksin seperti ini, para ilmuwan harus mengolah sel dalam jumlah besar, menginfeksi sel tersebut dengan patogen yang diperlukan, dan kemudian menghilangkan potongan virus dan protein yang diperlukan untuk vaksin tersebut.
Proses ini membutuhkan banyak sumber daya dan memakan waktu sangat banyak untuk pengembangannya, sehingga dapat menunda peluncuran vaksin selama wabah dan pandemi.
Untuk menyiasati hal ini, pada 1980-an para ilmuwan mulai mencari cara yang lebih efisien agar sel dapat membuat protein yang dibutuhkan. Salah satu metode, yang disebut transkripsi in vitro, bekerja dengan menghasilkan mRNA, molekul yang mengangkut instruksi dari DNA ke pabrik protein sel, langsung di dalam sel.
Namun, sebelumnya masih ada kendala besar, yakni ketika hewan disuntik dengan mRNA buatan laboratorium, mereka mengalami respons imun yang sangat besar yang menyebabkan tingkat peradangan yang berbahaya, sehingga menghancurkan vaksin dan membahayakan hewan tersebut.
Kedua pemenang hadiah menyempurnakan vaksin mRNA yang disuntikkan agar menyerupai yang ditemukan di dalam tubuh, sehingga respons imun tidak lagi terpicu.
Pada awal pandemi, hal ini membantu para ilmuwan dengan cepat memproduksi vaksin mRNA yang bekerja melawan lonjakan virus corona.
Penelitian ini juga membuka jalan bagi penelitian mengenai potensi vaksin kanker dan pengembangan vaksin yang cepat sebagai respons terhadap kemungkinan ancaman virus di masa depan, seperti flu burung.
“Selama krisis kesehatan masyarakat terbesar dalam hidup kita, pengembang vaksin mengandalkan penemuan Weissman dan Karikó menyelamatkan banyak nyawa dan membuka jalan keluar dari pandemi ini,” kata J. Larry Jameson, Wakil Presiden Eksekutif Universitas Pennsylvania.
Saat ini, Jameson menambahkan, sejumlah ilmuwan tengah melakukan penelitian dengan pendekatan yang sama sedang diuji untuk penyakit dan kondisi lain.
Selain Hadiah Nobel, Karikó dan Weissman sebelumnya memenangkan Hadiah Terobosan dan Penghargaan Penelitian Medis Klinis Lasker-DeBakey atas karya mereka pada vaksin mRNA.