Bisnis.com, JAKARTA — Pernapasan merupakan istilah umum yang menunjukkan proses tubuh menghirup dan mengeluarkan udara. Ternyata pernapasan dapat dimanfaatkan sebagai proses meditasi.
Dilansir dari psychologytoday.com pada Kamis (19/10/2023), sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Applied Psychophysiology and Biofeedback mengusulkan bahwa daripada menargetkan neurotransmiter dengan obat-obatan, memulihkan ketidakseimbangan homeostasis melalui meditasi yang melibatkan pernapasan mungkin merupakan pendekatan yang lebih efektif.
Proses tersebut untuk mengatasi perubahan fisiologis komprehensif yang terjadi pada stres, kecemasan, dan depresi. Hal ini juga menunjukkan bahwa teknik pernapasan ini dapat berfungsi sebagai pengobatan utama dan pelengkap untuk kondisi ini.
Fakta tentang pernapasan dan manfaat terapeutiknya:
1. Meditasi Pernapasan dan Mindfulness Tidak Sama
Pada dasarnya kedua hal tersebut sama karena semuanya melibatkan latihan pernapasan. Walaupun begitu keduanya memiliki perbedaan.
Meditasi melibatkan pernapasan. Latihan pernapasan di sisi lain adalah pendekatan yang sangat terfokus pada pernapasan dengan menggunakan teknik atau pola pernapasan tertentu untuk tujuan tertentu.
2. Meditasi Pernapasan Bisa Menghilangkan Stres
Psikolog telah lama menyadari hubungan antara kondisi mental dan fisik. Pernapasan memanfaatkan hubungan ini dengan menggunakan pernapasan sadar sebagai jembatan. Ketika kita dengan sengaja mengubah pola pernapasan, kita secara aktif mempengaruhi emosi dan kognisi kita.
Pertimbangkan situasi yang penuh tekanan seperti presentasi besar atau ujian penting. Tubuh kita secara alami merespons dengan reaksi “maju atau lari”. Jantung akan berdebar kencang, otot menegang, dan lonjakan kortisol. Ini adalah reaksi alami yang dirancang untuk mempersiapkan kita mengambil tindakan segera.
Di saat kita dengan secara sadar memilih untuk menarik napas dalam-dalam dan perlahan dalam situasi seperti itu, kita memulai respons balasan yang kuat dalam tubuh kita. Pola pernapasan spesifik ini memicu sistem saraf parasimpatis, yang sering disebut sebagai sistem “istirahat dan cerna”. Ketika diaktifkan, ia mengirimkan sinyal ke tubuh kita bahwa kita aman untuk bersantai, sehingga mengurangi kadar hormon stres seperti kortisol.
3. Berfungsi sebagai Pengatur Emosi
Penelitian mengungkapkan bahwa latihan pernapasan tidak hanya menurunkan tingkat stres dan keluhan psikosomatis, namun juga meningkatkan kepercayaan diri dalam mengatur emosi, termasuk kesadaran emosional, akses terhadap strategi regulasi, dan kejernihan emosi.
Baca Juga 5 Aplikasi Meditasi Penangkal Stres |
---|
Regulasi emosi sangat penting untuk mengelola situasi yang menantang atau penuh emosi, di mana emosi cenderung memuncak, yang berpotensi menyebabkan kewalahan. Melalui praktik “kesadaran nafas”, kita dapat belajar untuk memperhatikan nafas kita. Ini merupakan sebuah teknik sederhana tetapi berdampak dalam membantu pengaturan emosi.
Saat kita secara sadar memusatkan perhatian pada napas, kita menciptakan jeda untuk menjauhkan diri dari intensitas emosional yang ada dalam situasi tersebut. Pernapasan terkontrol, seperti napas lambat dan dalam, menenangkan sistem saraf dan membantu mengurangi perasaan marah atau cemas. (Ernestina Jesica Toji)