Bisnis.com, JAKARTA - Hidup di dunia yang perkembangannya serba cepat bisa jadi sangat melelahkan bagi sebagian orang.
Oleh karena itu, perlu kekuatan mental dan motivasi untuk bisa tetap menjalani hidup sehari-hari atau bahkan bisa sampai meraih kesuksesan.
Melalui perjalanannya ke dua ujung bumi, Kutub Utara dan Kutub Selatan di tahun yang sama, Marek Kaminski, Founder Kaminski Foundation dan Kaminski Academy menemukan pelajaran yang bagus untuk memotivasi diri dan meningkatkan ketahanan mental.
Kaminski menceritakan kisahnya pertama kali melakukan ekspedisi sendiri, mulai pada usianya 14 tahun melakukan perjalanan ke Denmark tanpa orang tua.
Menyukai tantangan dari perjalanan sendiri, pada usianya 15 tahun, dia juga pergi sendiri menjelajah Afrika dan Marrakech. Dia jelajahi Gurun Sahara, kemudian keliling Eropa berbekal 'nebeng', tak lupa keliling Asia dan Rusia.
Setelah berbagai pengalamannya keliling dunia, lantas di usianya menginjak 30 tahun, dia memulai perjalanan pertamanya ke Kutub Utara dan Kutub Selatan di tahun yang sama.
Tak sendirian, dia bahkan mengajak teman disabilitas, Jan Mela, yang saat itu masih berusia 15 tahun, untuk menjelajahi Kutub Utara bersama.
Dia menjelajah hingga 4.000 km dalam 140 hari dalam ekspedisinya di Kutub Utara, dan melakukan perjalanan 30.000 km menggunakan mobil listrik dari Polandia ke Jepang, melewati Siberia dan Gurun Gobi.
Pelajaran dan Perjalanan ke Dua Kutub Bumi
Dari banyak perjalanan yang dia lakukan, ada sejumlah pelajaran yang didapat. Pertama bahwa dalam melakukan sesuatu, sebelum benar-benar bersiap mencapai tujuan, ada proses panjang yang harus dijalani.
"Perjalanan menjelajah kutub itu seperti bongkahan es. Ke puncaknya sepertinya pendek, dan perjalanannya itu sebentar, tapi persiapanya ternyata banyak dan panjang," ujarnya dalam acara Supermentor, di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Dia berkisah, persiapan fisik harus dilakukan selama berbulan-bulan, bahkan persiapan fisiknya seperti orang yang mau berangkat ke luar angkasa.
Belum lagi, di sana sangat berbahaya, kedalaman es di kutub bisa mencapai 4 km, orang bisa dengan mudah mati karena kedinginan, beku, bisa terkena frostbite, bisa dimakan beruang kutub, atau bisa juga mati karena tenggelam di laut karena esnya bisa saja pecah dan airnya sangat dingin dengan mencapai -60 derajat.
Selain itu, dengan perjalanan ribuan kilometer, bisa saja mati karena lelah, atau terkena sakit lainnya. Oleh karena itu, untuk bisa terus maju melanjutkan perjalanan dan pulang dengan selamat, kekuatan mental jadi kuncinya.
"Akan lebih mudah memang untuk menyerah, bilang ini bahaya, mau pulang saja, dan lainnya. Oleh karena itu perlu kekuatan mental untuk bisa selamat di kondisi yang sulit, untuk bisa terus berjalan, dan tidak berhenti," ungkapnya.
Perjalanan ke kutub ini jadi contoh baik untuk menggambarkan bagaimana kekuatan mental bisa menolong kita di kondisi yang tersulit sekalipun.
Seperti memikirkan betapa sulitnya pergi ke kutub, ada orang-orang yang harus berhadapan dengan kesulitan bahkan hanya untuk pergi ke sekolah atau ke kantor, karena ada hal-hal yang mengganggu mentalnya.
Karena dunia di luar sana tidak bisa diperkirakan, bisa jadi berbahaya, dan terus berubah sehingga kita harus terus beradaptasi. Kekuatan mental ini membantu untuk cepat beradaptasi di dunia sekarang ini.
Kaminski mengatakan membangun kekuatan mental sangat penting untuk masa depan. Bahkan, jika bisa, diajarkan di dunia pendidikan, tak hanya untuk menjadi motivasi untuk membantu sekadar naik kelas, dapat nilai bagus, masuk universitas bagus, atau mendapatkan kerja bagus, tapi juga bagaimana menghadapi kegagalan-kegagalan yang ada.
Karena tidak bisa dipungkiri, untuk mencapai sukses artinya harus menghadapi banyak kegagalan terlebih dahulu, sehingga bisa punya pengalaman memecahkan masalah.
"Kalau punya tujuan yang ambisius, maka kegagalan atau tantangan yang menghadang akan banyak sekali," ujarnya.
Pole Method (Metode Kutub)
Dari perjalanan yang Kaminski lakukan, Kaminski membuat "Pole Methode", untuk mempersiapkan diri menguatkan mental.
"Kutub ini jadi metafora bagus untuk mencapai tujuan. Seperti dalam hidup, ketika mau mencapai suatu tujuan, kita tidak bisa ada di tujuan itu terus, hidup jalan terus, makanya harus ada tujuan-tujuan baru lainnya," kata dia.
Ada lima langkah berikut ini
1. Tentukan kutubnya (tujuannya)
Tentukan apa yang ingin dituju, baik jangka pendek dan jangka panjang, meskipun tidak mudah mencapainya.
2. Buat roadmap
Langkah ini untuk mengetahui dan memetakan bagaimana cara-cara mencapai tujuan tersebut. Dengarkan pengalaman dari orang lain, cari motivasi, jika perlu petakan ulang tujuan dan rencana mencapai tujuan yang sudah dibuat sebelumnya, adaptasi menjadi poin penting.
3. Proses lebih penting dari tujuannya
Seperti melakukan perjalanan, cara mencapai tujuan bisa berubah-ubah seiring dengan jalan yang ditempuh. Jika gagal di jalur yang satu, ganti ke jalur lainnya sembari mempelajari hal yang membuat gagal di jalan sebelumnya. Kegagalan menjadi bagian dari proses menuju tujuan.
4. Sukses dan gagal bak dua kutub
Sukses dan gagal itu hanya langkah yang harus diambil untuk bisa pergi lebih jauh. Dari kegagalan yang ada, kita bisa mempelajari potensi-potensi di mana kita bisa mencapai kesuksesan yang dituju.
5. Kenali diri sendiri
Hal ini memang tidak mudah, karena di sekolah pun kita selalu diajarkan soal dunia luar, tapi tidak pernah diajarkan untuk menemukan, atau mengenal diri sendiri.
Namun, jika kita tidak mengenal diri sendiri, bagaimana kita bisa melacak cara untuk bisa sukses? Bagaimana mau menerima orang lain, menerima dunia luar, kalau belum menerima diri sendiri.