Bisnis.com, JAKARTA - Asma adalah kondisi paru-paru kronis yang dapat ditangani. Penderita asma memiliki hipersensitivitas pada saluran pernafasannya yang dapat menyebabkan penyempitan sehingga sulit bernapas.
Polusi udara yang meningkat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk pembakaran lahan, lalu lintas kendaraan, dan emisi industri. Hal ini dapat sangat berbahaya bagi banyak orang, termasuk anak-anak dan orang-orang yang menderita kondisi pernapasan seperti asma, COPD, atau penyakit paru-paru kronis lainnya.
Di tengah meningkatnya tingkat polusi udara di negara ini, orang tua harus tetap waspada dan menerapkan tindakan pencegahan khusus.
Untuk memastikan diagnosis asma yang tepat, orang tua harus mengamati gejala-gejala yang dialami anak mereka, mempertimbangkan tingkat keparahan dan faktor-faktor yang memperparah. dokter harus selalu diberitahu, terutama ketika gejala mulai memburuk dengan cepat, seperti sesak napas, kesulitan berbicara, bibir membiru, atau mengantuk.
Riwayat keluarga merupakan faktor yang sangat penting bagi mereka yang menderita asma. Meskipun asma bersifat seumur hidup, deteksi dini dan pengobatan dapat secara efektif menanganinya. Orang tua harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan rencana perawatan terbaik bagi anak mereka.
Gejala Asma
• Sesak napas yang membuat napas menjadi cepat dan pendek.
• Batuk terus-menerus atau batuk yang sulit diobati.
• Batuk yang sering memburuk di malam hari.
• Suara siulan bernada tinggi saat menghembuskan napas.
• Sesak dibagian dada, terasa seperti ada tekanan di dada.
Gejala asma disebabkan oleh:
• Perubahan pada saluran napas, misalnya peradangan jaringan.
• Bronkokonstriksi atau pengencangan otot-otot di sekitar saluran napas.
• Peningkatan lendir yang dapat menyumbat jalan napas.
Tes diagnostik penilaian fungsi paru-paru seperti Peak Expiratory Flow (PEF) atau spirometri untuk anak di atas usia 6 tahun untuk menilai obstruksi aliran udara. Teknik yang lebih baru seperti Impulse Oscillometry dapat digunakan pada anak di atas usia 3 tahun, sementara tes FeNO yang digunakan untuk mendeteksi peradangan (biasanya untuk anak usia sekolah) dan tes alergen melalui tusuk kulit atau tes darah untuk mengidentifikasi pemicu potensial dapat digunakan pada beberapa anak yang memiliki asma alergi.
Anak-anak yang menderita asma harus menjalani terapi inhalasi secara teratur (seperti yang diresepkan oleh dokter mereka) dan tidak boleh melewatkan dosisnya.
Baca Juga 1 dari 22 Orang Indonesia Sakit Asma |
---|
Langkah-langkah pencegahan yang harus dilakukan orang tua
• Menyesuaikan Aktivitas Anak:
Menyesuaikan rutinitas anak, terutama pada hari-hari dengan kualitas udara yang buruk. Tekankan aktivitas di dalam ruangan selama jam-jam di mana polusi sedang meningkat, biasanya pada siang hingga sore hari. Pantau kualitas udara menggunakan aplikasi atau situs web yang menyediakan informasi yang dapat diandalkan.
• Menciptakan Lingkungan yang Ramah Asma:
Selama musim dingin, optimalkan kualitas udara dalam ruangan, pastikan ventilasi yang baik, dan minimalkan terjadinya paparan alergen dan iritasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan pembersih udara, menjaga lingkungan rumah yang bersih dan bebas debu, serta menghindari asap rokok.
• Lakukan Pola Hidup Sehat:
Biasakan pola makan bergizi yang kaya akan buah-buahan dan sayuran yang meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tubuh terhidrasi dengan baik. Lakukan latihan pernapasan yang dapat membantu anak mengatasi stres.
• Menjaga Kebersihan:
Mencuci tangan secara teratur, terutama sebelum makan dan setelah beraktivitas di luar ruangan dapat mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan yang dapat memperburuk gejala asma.
• Vaksinasi Flu Tahunan:
Pastikan anak menerima vaksinasi flu tahunan untuk melindunginya dari influenza, yang dapat memperburuk asma dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. (Luygi Ambhara Putri)