Bisnis.com, JAKARTA - China mengatakan mereka tidak memiliki bukti adanya patogen “tidak biasa atau baru” yang menyebabkan gelombang infeksi pneumonia anak di negara tersebut.
Catatan kesehatan telah diserahkan menyusul tuntutan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan bahwa rumah sakit di China pertama kali mencatat peningkatan kasus penyakit pernapasan pada anak-anak pada bulan Mei, lima bulan sebelum China melaporkan lonjakan tersebut.
Dilansir dari Telegraph, para dokter di sejumlah kota, termasuk Beijing, baru-baru ini melaporkan masuknya anak-anak yang mengidap penyakit pernafasan yang “tidak terdiagnosis” menurut ProMed, sebuah sistem pengawasan publik yang memantau wabah penyakit global.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China juga membantah laporan bahwa rumah sakit kewalahan.
Para dokter dan lembaga kesehatan di China percaya bahwa RSV, flu, dan mycoplasma pneumoniae, penyakit bakteri umum yang juga dikenal sebagai “pneumonia berjalan,” bertanggung jawab atas lonjakan tersebut.
Patogen-patogen ini, kata mereka, muncul kembali pada musim dingin pertama pasca-lockdown di China sebagai bagian dari tren yang terjadi di negara-negara lain di mana pembatasan pandemi yang ketat menyebabkan melemahnya kekebalan masyarakat.
Namun secara internasional, beberapa pihak menyatakan keraguannya terhadap transparansi China , di tengah kekhawatiran bahwa patogen yang tidak diketahui bertanggung jawab atas penyakit ini.
Data yang diberikan menunjukkan peningkatan kasus pneumonia Mycoplasma pneumoniae sejak Mei, dan RSV, adenovirus, dan virus influenza sejak Oktober.
“Beberapa dari peningkatan ini terjadi lebih awal dibandingkan yang pernah terjadi sebelumnya, namun bukan hal yang tidak terduga mengingat pencabutan pembatasan COVID-19, seperti yang dialami negara-negara lain,” kata WHO dalam sebuah pernyataan.
''Pihak berwenang Tiongkok menyatakan bahwa belum ada deteksi patogen yang tidak biasa atau baru atau presentasi klinis yang tidak biasa."