Bisnis.com, JAKARTA - Di hari raya natal tahun ini, umat kristiani di tanah air tengah merayakannya bersama keluarga.
Biasanya mereka berkumpul bersama keluarga dan kerabat untuk merayakan momen natal bersama.
Tapi tahukah Anda jika ada tradisi-tradisi unik yang dilakukan menjelang Natal ini merupakan simbol kebersamaan yang telah dilakukan secara turun-temurun.
Berikut tradisi unik perayaan natal di Indonesia dilansir dari Indonesia Travel
1. Marbinda/Marhobas (Sumatera Utara)
Yang pertama ada Marbinda dan Marhobas. Marbinda merupakan tradisi menyembelih hewan, sedangkan Marhobas merupakan tradisi memasak hasil sembelih yang dilakukan oleh para pria. Kedua tradisi tersebut dilakukan setiap menjelang hari raya Natal oleh masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara.
Tujuan dari Marbinda dan Marhobas adalah untuk mengeratkan kebersamaan masyarakat sekitar, membangun rasa gotong royong, serta sebagai wujud dari rasa syukur. Hewan yang disembelih di Marbinda biasanya adalah hewan yang berkaki empat, seperti sapi, kerbau, atau babi.
Hewan-hewan tersebut didapatkan dari hasil tabungan warga yang telah dikumpulkan selama berbulan-bulan. Daging-daging hasil sembelih hewan-hewan ini kemudian dimasak lewat tradisi Marhobas, lalu dibagikan kepada warga. Nah, yang lebih uniknya lagi nih, orang yang dipercaya untuk membagikan daging biasanya akan terpilih menjadi kepala desa di periode selanjutnya!
Baca Juga Daftar Promo dan Diskon Natal 2023 |
---|
2. Rabo-Rabo (Jakarta)
Ternyata di ibu kota Jakarta kamu juga bisa menemukan tradisi perayaan hari Natal yang unik, lho! Tradisi yang satu ini bisa kamu jumpai di kawasan Cilincing, tepatnya di Kampung Tugu.
Kampung yang disinggahi oleh sekelompok pemeluk agama Kristen berketurunan Portugis ini, menyimpan sebuah tradisi bernama Rabo-Rabo.
Dilakukan setiap menjelang hari Natal, tradisi yang memiliki arti “Ekor-Mengekor” dalam bahasa Kreol Portugis ini dilakukan dengan berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah sambil menyanyikan lagu keroncong. Satu rombongan warga akan memulai Rabo-Rabo dengan mengunjungi Gereja terlebih dahulu untuk beribadah.
Setelah itu, mereka langsung mengunjungi rumah-rumah warga sekitar. Salah satu anggota keluarga dari setiap rumah-rumah yang dikunjungi tersebut nantinya harus ikut dalam rombongan layaknya ekor yang memanjang. Tradisi ini biasanya ditutup dengan pesta makan di rumah yang terakhir dikunjungi.
3. Wayang Wahyu (Jawa)
Enggak cuma menceritakan epik Mahabharata atau Ramayana, ternyata ada lho pertunjukan wayang yang memiliki cerita berbeda. Pertunjukan wayang ini dikenal dengan nama Wayang Wahyu. Berbeda dari wayang yang seperti biasanya, cerita yang dipertunjukan dalam Wayang Wahyu diambil dari berbagai kisah yang terdapat dalam Alkitab.
Pertunjukan wayang yang seringkali dilakukan menjelang perayaan hari Natal di gereja-gereja tertentu di Jawa ini merupakan salah satu simbol inkulturasi budaya yang terbentuk #DiIndonesiaAja. Pertama kali muncul pada tahun 1960an, pementasan Wayang Wahyu digunakan untuk mengingatkan umat Katolik untuk menjalin keharmonisan antar sesama.
4. Ngejot dan Penjor (Bali)
Pulau Dewata yang kental dengan agama Hindunya pun tak luput memiliki tradisi perayaan hari Natal yang unik. Sebagai tempat dengan toleransi agama yang masih terjaga, di Bali umat Kristen biasanya juga melakukan tradisi Ngejot dan Penjor menjelang perayaan Natal. Kedua tradisi yang identik dengan umat Hindu ini juga seringkali dilakukan oleh umat Kristen serta Muslim.
Ngejot sendiri merupakan tradisi di mana para warga saling membagikan makanan. Makanan yang dibuat untuk tradisi Ngejot disesuaikan dengan agamanya masing-masing.
Sedangkan Penjor merupakan bambu-bambu tinggi melengkung yang biasanya dipasang saat hari raya Galungan. Bambu-bambu tersebut dipasang di bagian rumah sebagai bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.
5. Kunci Taon (Sulawesi Utara)
Tradisi perayaan hari Natal yang satu ini bisa kamu jumpai di Kota Manado, Sulawesi Utara. Digelar sekaligus untuk memperingati akhir tahun, Kunci Taon biasanya dilaksanakan pada awal minggu bulan Desember dan berakhir pada awal bulan Januari. Tradisi ini diawali dengan serangkaian ibadah di Gereja.
Lalu, para umat Kristen akan berziarah ke makam kerabat. Biasanya saat berziarah mereka akan meletakkan lampu hias di atas makam kerabat mereka. Tradisi Kunci Taon lalu ditutup dengan kegiatan pawai mengelilingi kampung sambil memakai kostum-kostum yang menarik.
6. Meriam Bambu (NTT)
Di Flores, Nusa Tenggara Timur, ada sebuah tradisi perayaan hari Natal yang seru banget. Sesuai dengan namanya, tradisi ini diisi oleh pesta meriam bambu yang meriah. Meriam bambu ini sendiri telah ramai dimainkan sejak tahun 80an hingga saat ini oleh warga setempat.
Suara menggelegar yang tercipta dari permainan tersebut merupakan sesuatu yang seringkali ditunggu-tunggu saat menjelang Natal. Selain membuat gembira, bunyi dari meriam bambu juga dapat diartikan sebagai sambutan terhadap kelahiran Yesus Kristus.
7. Bakar Batu (Papua)
Tradisi perayaan hari Natal yang terakhir ini biasa dilakukan oleh umat Kristen di Papua. Tradisi yang dikenal sebagai Bakar Batu ini merupakan kegiatan memasak bersama menggunakan batu-batu yang dibakar. Batu-batu tersebut diletakkan di dalam sebuah lubang yang telah digali dan dilapisi dengan daun pisang dan ilalang. Kemudian dilapisi lagi dengan daun pisang. Setelah itu, daging babi dimasukkan ke dalamnya, lalu disusul oleh lapisan daun pisang dan batu-batu panas lagi.
Setelah itu, susunan tersebut diisi dengan sayuran dan umbi-umbian. Bahan makanan tersebut lalu ditutup lagi dengan daun pisang, ilalang, serta batu bakar. Tradisi ini dilakukan setelah misa Natal dan biasanya akan memakan waktu sekitar setengah hari. Bakar Batu dilakukan sebagai upaya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan serta untuk menjaga kebersamaan.