Bisnis.com, JAKARTA -- Kasus infeksi Flu Singapura sedang bertambah di Indonesia. Namun, ternyata penyakit ini bukan berasal dari Singapura.
Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan, sampai dengan Maret 2024, sudah ada 5.461 kasus Flu Singapura. Beberapa kasus di antaranya terjadi di Banten ada 738 kasus, dan Depok 45 suspek dengan 10 pasien dirawat di rumah sakit.
Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, menyebutkan, bahwa Flu Singapura justru baru masuk ke Singapura pada tahun 2000 - 2006 dan masuk ke Indonesia pada 2009.
"Penyakit tangan, mulut, dan kaki atau HMFD sebenarnya sudah ada sejak 1957 di Kanada. Namun, kemudian pada 2000 sampai 2006 di Singapura ini pernah kasusnya banyak dan sampai ada kematian, sehingga kasus ini sering disebut juga berisi Flu Singapura," jelasnya dalam Media Briefing, Selasa (2/4/2024).
Disebut Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) juga karena munculnya lesi atau lentingan pada kulit, khususnya di tangan, kaki, dan mulut saat seseorang mengidap penyakit ini. Penyakit ini juga disebabkan oleh virus, di antaranya Virus Coxsackie A16 (Cox 16) dan Enterovirus 71 (EV 71).
Virus ini banyak menyerang pada anak-anak, bayi, dan balita, terutama di usia kurang dari 5 tahun. Faktor usia juga menjadi salah satu faktor risiko penularan penyakit ini. Namun, dengan perubahan iklim, kasus penularan Flu Singapura yang terjadi umumnya adalah kasus yang ringan dan jarang menyebabkan kematian.
"Tapi ada beberapa komplikasi yang memang perlu diwaspadai seperti radang otak meningitis dan ensefalitis," tambahnya.
Lantas kapan kita harus waspada terhadap gejala Flu Singapura?
Prof. Edi menyebutkan, orang tua bisa waspada akan penularan Flu Singapura ketika anak menunjukkan gejala infeksi berat yang harus dirawat di rumah sakit, seperti demam tinggi diatas 39 derajat celcius, dan pernapasan cepat.
Selain itu, pada anak di bawah 6 tahun, demam berpotensi menyebabkan kejang. Selanjutnya, perhatikan lesi di kulit telapak tangan, telapak kaki, dan mulut itu yang hampir 100% muncul.
Selanjutnya, perhatikan jika anak sudah mulai kehilangan nafsu makan karena adanya nyeri menelan, imbas dari lesi yang berada di dalam mulut, dan kadang disertai batuk pilek.
"Jadi kalau ada demam tidak mau makan karena dia mengalami nyeri menelan, anaknya lesu dan sakit tenggorokan, perlu mulai berhati-hati, apalagi kalau ada lesi di kulit telapak tangan, telapak kaki, dan mulut Biarkan anak istirahat di rumah 3-7 hari agar tidak sampai menularkan ke teman-temannya," paparnya.