Bisnis.com, JAKARTA - Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sukses melakukan transplantasi hati pasien dewasa ke-10.
"Kita telah berhasil menangani 89 kasus transplantasi hati pada anak dan dewasa, yang dewasa ini kasus ke-10, dan tahun ini adalah prosedur pertama yang kita lakukan setelah Pandemi," ujar Direktur Utama RSCM dr. Supriyanto dikutip dari Antara.
Dia mengungkapkan, angka keberhasilan transplantasi hati di RSCM, yang dinilai satu tahun setelah pasien melakukan transplantasi, sudah 82 persen.
Selama ini, transplantasi hati di RSCM dilakukan dengan supervisi dari RS National Center for Child Health and Development (NCCHD), di mana keberhasilan transplantasi hati di negara tersebut saat ini yakni 85 persen. RSCM juga bekerja sama dengan Kobe International Frontier Medical Center (KIFMEC), Jepang untuk transfer pengetahuan.
"RSUPN RSCM sudah mengalami kemajuan luar biasa, utamanya transplantasi hati yang paling sulit, keberhasilan kita sudah level Asia. Transplantasi ganti hati pada anak kita sudah mandiri, dan tahun ini jadi supervisi terakhir dari Jepang, sehingga kita juga sudah bisa mandiri pada pasien dewasa," paparnya.
Ke depan, lanjut dia, RSCM akan terus mengampu rumah sakit-rumah sakit lain di Indonesia, agar transplantasi hati tidak hanya dilakukan di RSCM saja, tetapi juga rata menyebar di seluruh rumah sakit Indonesia.
Sementara itu, Spesialis Penyakit Dalam RSUPN RSCM dr. Kemal Fariz Kalista, yang menangani pasien transplantasi hati di RSCM kali ini, menjelaskan bahwa usia pasien yakni sekitar 53 tahun, yang donornya berasal dari saudari ipar.
"Dua syarat utama untuk donor hidup, harus ada hubungan keluarga, dan golongan darah harus sama atau kompatibel, lalu terkait latar belakang penyakitnya, memang sampai saat ini, di manapun di dunia, indikasi untuk melakukan transplantasi ini sirosis hati, yaitu penyakit hati tahap akhir, di mana hati tidak bisa berfungsi dengan normal," tuturnya.
Sirosis hati tersebut membuat racun-racun yang seharusnya dimetabolisme oleh hati jadi menumpuk, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi.
"Penyebab kanker hati yang kedua, yaitu timbulnya benjolan bersifat ganas yang berada di dalam hati, dan ini sangat agresif. Angka kematian kanker hati ini yang paling tinggi, 89-90 persen," kata dia.
"Pasien menderita keduanya, sirosis dan kanker, sehingga dengan transplantasi ini sekaligus mengobati dua penyakit, yang pertama sirosis hati dan kanker hatinya," imbuhnya.
Adapun Dirut RSCM juga menganjurkan agar pasien yang ingin melakukan transplantasi hati untuk berobat ke RSCM dan tidak perlu ke luar negeri, karena tingkat keberhasilannya sudah tinggi dan risiko kematian bagi donor hidup sudah nol persen.
RSCM memastikan pendonor untuk pasien transplantasi hati bisa hidup normal, sehat, dan kembali berfungsi 100 persen usai donor.
"Orang yang donor, kalau diambil hatinya, jaringan hati yang diambil dalam waktu tiga bulan itu 90 persen sudah kembali, dan akan kembali 100 persen. Jadi, pasien-pasien yang mendonorkan hatinya jangan khawatir, karena dia bisa mendapatkan bagian hati yang didonorkan kembali," kata Dokter Spesialis Bedah RSCM Toar JM Lalisang di Jakarta, Minggu.
Ia juga memastikan bahwa tingkat kematian atau mortality rate pendonor hati di Indonesia kini sudah nol persen.
Toar juga mengemukakan, pasien yang sudah memberikan donor bisa hidup normal, bahkan di luar negeri, orang yang berprofesi sebagai sopir truk dengan aktivitas fisik yang tinggi bisa kembali bekerja normal setelah memberikan transplantasi hati.
"Di Indonesia, kita punya pasien donor pertama yang kebetulan profesinya seorang ABRI, dia dua minggu sudah bisa pulih, keliling lapangan lari-lari setelah operasi, tidak ada masalah dan sehat. Jadi, donor itu sebetulnya aman kalau dijaga dengan baik," katanya.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan pada pendonor transplantasi hati sebelumnya, setelah bagian hatinya diambil 50 persen, dalam jangka waktu dua bulan telah tumbuh 80 persen, sedangkan untuk kembali 100 persen, kurang lebih membutuhkan waktu satu tahun.
Sementara itu, Ketua Tim Transplantasi Organ RSCM Prof Dr dr Hanifa Oswari menyampaikan bahwa pasien-pasien yang akan ditransplantasi di RSCM, baik pendonor maupun yang sakit sudah dinilai oleh tim kejiwaan.
"Termasuk di dalamnya ada psikiater yang untuk donor, dan yang sakit itu berbeda, mereka ada tugas masing-masing. Sebelum transplantasi ada juga petugas sosial, untuk memastikan status keamanan pasien, apakah ada masalah sebelum ditransplantasi," katanya.
Ia menambahkan, para petugas sosial tersebut juga memastikan pasien dapat mematuhi dosis dan waktu meminum obat.
"Karena setelah transplantasi, pasien mesti meminum obat penekan respons imunnya seumur hidup, dan kita pada dasarnya, sekali pasien itu operasi di RSCM, ada kontrak seumur hidup kita mesti mengawasi pasien itu di manapun mereka berada, karena ada kepentingan kita untuk menjaga dia tetap hidup, dan hidupnya berkualitas," katanya.