Bisnis.com, JAKARTA - Preeklamsia merupakan kondisi komplikasi pada masa kehamilan hingga pasca kehamilan. Penyakit ini terjadi karena tekanan darah yang tinggi, dan kandungan protein yang berlebihan di dalam urin.
Ketika hamil, seorang ibu harus menjaga kesehatan jasmani dan rohani untuk kesehatan bayi di dalam kandungan. Hal seperti ini merupakan salah satu kewajiban bagi para ibu yang sedang hamil. Menjalankan aktivitas sehat seperti jalan pagi, yoga, rutin melakukan cek kesehatan, dan lainnya menjadi perilaku yang dilakukan setiap saat.
Namun, hingga saat ini masih banyak ditemukan kasus preeklamsia yang mengganggu kondisi ibu hamil, hingga mengancam kesehatan dirinya beserta sang bayi.
Dilansir dari mayoclinic.org, Rabu (24/4/2024) temuan kasus preeklamsia banyak terjadi saat memasuki usia kandungan 20 minggu. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berisiko untuk melakukan proses persalinan secara cepat sebelum HPL yang ditentukan. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan kondisi bayi dan sang ibu, sebelum semakin parah.
Simak gejala apa saja yang muncul saat preeklamsia pada ibu hamil:
1. Turunnya trombosit dalam darah
2. Sakit kepala yang cukup parah
3. Enzim hati yang meningkat
4. Sesak napas
5. Nyeri pada perut
6. Mual dan muntah
Ciri dari gejala di atas, merupakan salah satu tanda yang dapat diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa mual dan muntah dapat terjadi akibat adanya peningkatan enzim di dalam hati, dan sakit kepala disertai mual terjadi karena tekanan darah yang tidak normal. Kondisi tersebut akan membuat tubuh merasa lemas, yang menyebabkan kurangnya pergerakan pada ibu hamil.
Dari gejala yang dijelaskan, ada salah satu penyebab kuat yang menyebabkan terjadinya preeklamsia, yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi yang terjadi apabila seseorang memiliki tekanan darah yang tinggi, dengan risiko yang mengancam kesehatan tubuh. Pada ibu hamil, hipertensi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu hipertensi kronis dan gestasional.
Hipertensi kronis dapat terjadi ketika ibu hamil, tidak dapat menjaga kondisi tekanan darah secara stabil sebelum memasuki usia kandungan 20 minggu.
Kemungkinan yang terjadi, kondisi ibu dan sang bayi dapat diatasi dengan berbagai pengobatan yang diberikan oleh dokter. Pengobatan in dilakukan untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi, dan membuat kondisi sang ibu lebih stabil pada masa kehamilan.
Hipertensi gestasional dapat terjadi ketika setelah usia kandungan 20 minggu. Ketika hipertensi gestasional terdeteksi pada masa kehamilan tua, maka risiko yang terjadi lebih besar hingga menyebabkan kematian.
Pada masa ini, ketika kondisi dan pengobatan yang diberikan tidak memberikan hasil yang tepat, maka dokter segera mengambil tindakan operasi. Sang bayi akan dikeluarkan secara paksa melalui operasi, sebelum kondisi sang ibu semakin menurun.
Selain hipertensi, terdapat beberapa faktor risiko yang membuat preeklamsia dapat terjadi.
Faktor risiko ini disebabkan oleh beberapa hal yang mengacu pada kondisi dan riwayat penyakit yang dimiliki oleh seseorang seperti:
1. Obesitas
2. Penyakit ginjal
3. Kondisi autoimun
4. Riwayat diabetes
5. Riwayat preeklamsia dan komplikasi lain pada kehamilan sebelumnya
Faktor risiko ini terjadi karena adanya pengaruh genetika dan ketidakstabilan seseorang dalam mengelola kehidupan. Saat masa kehamilan sang ibu dituntut untuk bergerak meregangkan otot-otot, dan mengelola pergerakan tubuh sesuai dengan fungsinya. Jika ibu hamil tidak pernah berolahraga dan beraktivitas, akan berdampak buruk terhadap perkembangan bayi di dalam perut.
Bagi kalangan ibu muda dan para calon ibu, penyebab dan faktor risiko dari preeklamsia banyak terjadi di lingkungan sekitar. Sebagai calon ibu yang baik, Anda perlu memahami beberapa cara untuk mencegah terjadinya preeklamsia saat masa kehamilan. Dilansir dari hospitalcmq.com, pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
1. Memilih gaya hidup yang sehat
Gaya hidup yang sehat, merupakan kunci dari keselamatan dan kenyamanan seseorang dalam menjalankan hidup. Hidup sehat dapat diciptakan dengan cara mengonsumsi makanan yang bernutrisi tinggi, olahraga rutin atau minimal 3x dalam seminggu, dan mengatur pola tidur yang tepat.
2. Konsumsi obat-obatan dari dokter
Pada masa kehamilan, konsumsi suplemen, obat-obatan, asam folat, dan vitamin sangat diperlukan guna menunjang kesehatan. Perlu diingat bahwa setiap konsumsi obat-obatan dan suplemen, harus disertai dengan resep dokter yang tepat.
Anda dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu, terkait kondisi kesehatan sebelum mengonsumsi obat-obatan yang dibutuhkan.
3. Mengontrol tekanan darah
Tekanan darah yang tinggi merupakan penyebab utama dari preeklamsia. Anda dapat mengontrol tekanan darah tersebut dengan cara hindari makanan yang mengandung natrium tinggi, serta rajin untuk berkonsultasi kepada dokter. Jika ada keluhan yang menuju ke arah preeklamsia, jangan takut untuk melakukan pemeriksaan sebelum kondisi kesehatan semakin parah.
4. Istirahat yang cukup
Pada masa kehamilan, setiap harinya sang ibu harus melakukan istirahat secara teratur dengan menerapkan waktu tidur yang cukup, dan meminimalisir kegiatan berat di rumah. Anda harus membagi waktu dengan suami terkait pembagian tugas dan tanggung jawab selama di rumah. Hindari pekerjaan yang terlalu berat hingga menyita waktu, pikiran, dan tenaga.
5. Manajemen stres
Stres memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan seseorang. Bagi ibu hamil, stres akan mengakibatkan rasa pusing dan tekanan darah yang tinggi. Kondisi ini membuat sang ibu tak berdaya, dan bayi dalam kandungan tidak dapat menerima asupan nutrisi yang baik.
Anda harus mengelola stres dengan cara bersyukur dan berkumpul dengan orang-orang tersayang, untuk menghasilkan momen bahagia semasa kehamilan. (Maharani Dwi Puspita Sari)