Profil dan Sejarah Bandara Indonesia yang 'Turun Kasta', Dari Sabang sampai Ambon./JIBI-Dwi Prasetya
Travel

Profil dan Sejarah Bandara di Indonesia yang 'Turun Kasta'

Redaksi
Selasa, 30 April 2024 - 09:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Setidaknya ada total 17 bandara di Indonesia yang “Turun Kasta” imbas dari kemunculan bandara yang baru di tahun 2024.

Bandara yang tadinya melayani perjalanan internasional kini hanya melayani perjalanan domestik.

Diberitakan Bisnis sebelumnya, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31/2024 (KM31/2004) tentang Penetapan Bandar Udara Internasional pada 2 April 2024.

Menurut Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati, sepinya penerbangan di bandara rute international adalah penyebab beralihnya menjadi penerbangan domestik sehingga menyebabkan operasional tidak efektif dan efesien.

“Beberapa bandara internasional hanya melayani penerbangan jarak dekat dari/ke satu atau dua negara saja,” katanya, dikutip Senin (29/04/2024).

Berikut profil dan sejarah 17 bandara yang “turun kasta" tersebut

1. Bandara Maimun Saleh, Sabang (SBG)

Bandara Maimun Saleh terletak di Gampong Cot Ba’U Kota Sabang, provinsi Aceh. Bandara ini dibangun saat masa Hindia Belanda yang difungsikan untuk kepentingan militer Jepang.

Sampai saat ini bandara masih difungsikan untuk penerbangan domestik dan sebagai pangakalan TNI AU di Sabang.

Nama bandara ini tadinya sesuai dengan nama daerahnya, Cot Ba’U, dan berubah pada tahun 1982 menjadi Lapangan Udara Maimun Saleh oleh Bapak Jasri.

Dia merupakan tentara Angkatan Laut yang bertugas di Sabang. Bandara dengan kode WITN itu melayani rute penerbangan domestik dari Kuala Namu ke Sabang.

Pemberian nama Maimun Saleh berasal dari prajurit asal Aceh yang merupakan anak kedua dari H.M Saleh dan Aisyah.

Maimun merupakan mantan siswa penerbangan pada tahun 1949. Dia diterima sebagai murid penerbang di Kalijati.

Dia berhasil mengantongi lisensi sebagai penerbang kelas 3 pada 1 Februari 1951. Akan tetapi, pada 1 Agustus 1952, Muaimun mengalami kecelakaan saat sedang menerbangkan pesawat intai Auster IV-R-80.

Kecelakaan tersebut terjadi di Pangkalan Udara Semplak Bogor. Sebagai bentuk penghargaan, nama dia pun dikenang sebagai nama Bandar Udara di Aceh.

2. Bandara Sisingamangaraja XII, Silangit (DTB)

Dalam sejarahnya, bandara ini pertama kali dibangun saat masa penjajahan Jepang tepatnya pada tahun 1944.

Bandara ini sempat dijajaki oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno untuk berkunjung ke kawasan Danau Toba.

Sempat terbengkalai selama 14 tahun, bandara kembali dibanun pada tahun 1995 dengan menambah landasan pacu dari 900 meter menjadi 1.400 meter.

Bandara akhirnya diresmikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Maret 2005 dengan panjang runway mencapai 2.400 m x 30 m

Aktivitas bandara ini pun menjadi sering digunakan para wisatawan untuk mengeksplore kawasan Danau Toba, Parapat, Merek Raya, Balige.

Kepemilikan bandara ini pun diakuisisi oleh PT Angkasa Pura II melalui Kementerian Perhubungan, pada tahun 2012.

Hingga akhirnya pada 2017, bandara ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo sebagai salah su bandara dengan melayani rute penerbangan internasional.

3. Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang (TNJ)

Sebelumnya bandara ini bernama Bandar Udara Kijang yang terletak di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Penamaan bandara ini diambil dari nama Raja Haji Fisabilillah yang merupakan pahlawan nasional yang pernah menyabet Bintang Maha Putra Adi Pradana.

Bandara pada akhirnya diakusisi oleh PT Angkasaa Pura II ini sempat mengalami krisis akibat sepinya penumpang. Hingga akhirnya ramai kembali setelah pembangunan gencar dilakukan setelah tahun 2001.

Aktivitas semakin memuncak tatkala beberapa maskapai mulai memadati bandara. Pemerintah turut andil dalam pengembangan bandara dengan menambah perluasan bandara hingga 8.48 meter persegi, pada tahun 2007.

4. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang (PLM)

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, memiliki landasan pacu sepanjang 3 Km. Bandara ini terletak di wilayah KM. 10 Kecamatan Sukarame.

Nama bandara diangkat dari nama pahlawan nasional bernama Sultan Mahmud Badaruddin II, yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam.
Ini

Dia juga memiliki andil dalam melawan penjajahan oleh Belanda. Pada 1 Januari 1920, penggunaan lahan bandara sempat mengalami masalah lantaran hak penggunaan lahan berpindah tangan kepada Palembang Maatschappij.

Namun, pada tahun 1950, kegunaan bandara bisa dipergunakan untuk kegunaan sipil. Sampai pada akhirnya bandara ini dapat didarati oleh pesawat jenis Airbus hingga Boeing.

5. Bandara Raden Inten II, Lampung (TKG)

Meilipir ke ujung pulau Sumatra , Lampung, mempunyai Bandara Raden Inten II.

Raden Inten II adalah Sultan Lampung terakhir yang mempunyai pengaruh dalam sejarah penuntasan penjajahan Belanda.

Bandara ini merupakan satu-satunya yang berada di Lampung bertaraf internasional yang kala itu ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung.

Tak hanya itu, pada tahun 2018, kegunaan bandara juga difungsikan untuk keberangkatan jamaah haji dari Lampung memuji ke Mekkah.

Aturan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 2044 tahun 2018 tentang Penetapan Bandar Udara Radin Inten di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung sebagai Bandar Udara Internasional.

6. Bandara Adisutjipto, Yogyakarta (Jog)

Bandara Adisutjipto terletak di Kapanewon Depok, Sleman yang berjarak 10 Km dari Yogyakarta.

Dulu nama bandara ini bernama Maguwo, salah satu nama desa di wilayah berdirinya bandara. Bandara dibangun sejak tahun 1940 dan digunakan oleh Militaire Lichvaart pada tahun 1942.

Di tahun yang sama, tentara Jepang mengambil alih bandara Adisutjipto yang sebelumnya diduduki oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Selang tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 1945, pemerintah Indonesia mengambil alih bandara dan diperuntukan untuk Pangakalan Angkatan Udara.

Perluasan bandara udara dilakukan pada tahun 1972 sampai 1977 untuk kegaiatan sipil dan militer.

Nama Adisutjipto diambil dari penerbang angkatan udara, Koomodor Muda Udara Anumerta Agustinus Adisutjipto.

Pada 1 April 1992, bandar udara Adisutjipto diambil alih oleh PT Perum Angkasa Pura I.

7. Bandara Supadio, Potianak (PNK)

Pada awalnya bandara ini dibangun pada tahun 1940 sebagai Bandar Udara Sungai Durian. Penamaan bandara diganti pada tahun 1980 menjadi Bandar Udara Supadio pada tahun 1980.

Di tahun yang sama penerbangan ke Singapura mulai dilakukan oleh Garuda Indonesia.

Tak hanya itu, tahun 1989 penerbangan sempat dijamah oleh Malaysia Airlines.

Namun nahas pada tahun 1998 penerbangan internasional harus dihentikan akibat krisis moneter.

Pada 2012, landasan bandar udara diperpanjang dan diperluas karena memiliki taraf penerbangan internasional sepanjang 2.250 meter.

Pada tanggal 28 Desmber 2017 terminal baru bandara Supadi secara resmi disahkan oleh Presiden Joko Widodo.

8. Bandara Juwata, Tarakan (TRK)

Pada awalnya bandara ini dibangun saat masa penjajahan Belanda dan dijadikan pangkalan militer Belanda.

Bandara juga tercatat sebagai tempat pendaratan oleh tentang Jepang untuk pertama kalinya di Indonesia.

Setelah lepas dari penjajahan l, Bandara Juwata diambil eh pemerintah Indonesia yang difungsikan sebagai Bandara Perintis.

Status bandara ini mengalami peningkatan untuk penerbangan domestik dengan panjang landasan 1.850 meter.

Bandara mengalami perkembangan melesat, di mana setelah diresmikan Jokowi, Bandara Juwata memiliki luas 12.440 meter persegi dengan panjang landasan 2.500 meter

Landasan yang panjang dan luasnya bandar udara Juwata membuat statusnya naik bertaraf internasional.

9. Bandara El Tari, Kupang (KOE)

Bandara yang terletak di Kota Kupang ,Nusa Tenggara Timur (NTT) diambil dari Gubernur Kdua NTT, El Tari.

Penetapan itu dilakukan pada tahun 1988 sebagai cara mengenang dedikasi El Tari.

Bandara ini sudah sejak lama beroperasi sejak tahun 1928, di mana Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Dahulu, Bandara El Tari adalah lahan jagung yang kemudian dialih fungsikan sebagai landasan pesawat.

Dalam pengembangannnya, PT Angkasa Pura I melakukan pembangunan untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas bandara.

Perluasan bandara pun dilakukan hingga memiliki 16, 064 meter pesergi dan berhasil mendongkrak jumlah pengunjung hingga 2,2 juta pertahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro