Bisnis.com, JAKARTA - Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan kasus penularan HIV ke 3 wanita di Meksiko akibat menjalani perawatan facial di spa tak berizin.
Mengutip global news, ketiga wanita itu mengaku belum pernah melakukan transfusi darah, penggunaan narkoba dengan suntikan, dan kontak seksual.
CDC menyebutkan kasus tersebut terjadi pada tahun 2018 ketika seorang wanita melaporkan kondisi kesehatannya usai melakukan perawatan kecantikan.
Tak berselang lama, dua wanita lainnya juga melaporkan kasus yang sama sehingga membuat CDC bersama Departemen Kesehatan New Meksiko melakukan penyelidikan.
Penyeledikan dilakukan sampai tahun 2023 dan menemukan fakta bahwa perlatan banyak peralatan tidak steril serta digunakan secara terus menerus. Adapun masalah terpaparnya HIV ke tiga wanita itu diakibatkan dari kegiatan "vampire facial".
Vampire facial adalah prosedur pengambilan darah pasien lalu memisahkan plasma dari sel darah. Nantinya, plasma tersebut disuntikan kembali ke wajah menggunakan microneedles.
"Hal ini memprihatinkan, karena jika jarum suntik tidak ditangani dengan tepat, And berpotensi meningkatkan risiko infeksi yang ditularkan melalui darah," kata ahli epidemiologi NMDOH Dr. Michael Landen, dikutip Selasa (30/04/2024).
Pengelola tempat spa pun dituntut atas lima laporan yang dilayangkan dirinya. Akibatnya, pemilik spa dijatuhi hukuman tiga setengah tahun.
Menurut pihak setempat, ini adalah kasus pertama penularan HIV dari tempat kecantikan. Para pihak berwenang juga menemukan label dan suntikan bekas darah yang tidak memiliki nama, tanggal, dan keterangan lainnya.
Pihak CDC memperkirakan sudah banyak orang yang terpapar HIV akibat treatment kecantikan ini. Mereka mengimbau agar masyarakat melakukan facial wajah di tempat yang berlisensi dan ditangani dengan ahli kecantikan.
Melansir Kementerian Kesehatan, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan terkontaminasi penderita HIV dapat menularkan virus tersebut ke orang lain.
HIV juga disebabkan ketika seseorang secara aktif melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.
Oleh karena itu, para tenaga kesehatan di dunia mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan suntikan bekas dan melakukan kegiatan kecantikan di tempat yang telah memenuhi standar keamanan sesuai aturan yang berlaku. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)