Bayi baru lahir yang meninggal dunia karena mengalami resistensi antibiotik/Safe Birth
Health

Kisah Nyata, Bayi Meninggal Karena Resistansi Antibiotik

Novita Sari Simamora
Kamis, 12 September 2024 - 16:07
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penggunaan antibiotik masih terbilang masih serampangan di Indonesia. Penggunaan antibiotik yang berlebihan telah menyebabkan kematian pada bayi berusia lima tahun.

Felix Liauw yang berprofesi sebagai dokter anak, telah menjadi korban dari resistensi antibiotik. Ketika anaknya lahir,  mengalami muntah-muntah dan diare.

Saat hal itu terjadi, rekan-rekan seprofesinya mengejek dan membully Felix. Ada yang menyebut Felix jorok dan ada pula yang mengatakan bahwa Felix yang membawa penyakit ke anaknya. Padahal anak Felix hanya mengonsumsi ASI, sehingga dia bingung asal mula penyebab munculnya resistansi antibiotik ke anaknya yang baru lahir.

"Saya drop, meski bercanda tapi menyakitkan masa karena tangan saya anak saya jadi sakit. Setelah berminggu-minggu diobati dengan antibiotik akhirnya naik antibiotiknya dari 1 ke 2. Sampai total hampir dua bulan dirawat di rumah sakit dengan segala infusnya, akhirnya ketahuan kok tidak baik baik ya," ungkap Felix.

Felix penuh tanda tanya, sebab air susu ibu tidak bisa menyebabkan mencret pada bayi. Biasanya, bakteri muncul karena adanya infeksi dari kuman-kuman di area rumah sakit dan adanya perawatan jangka panjang.

Akhirnya, dia berkonsultasi dengan profesor yang dia kenalnya. Seminggu sebelum anak Felix meninggal maka ketahuan bahwa bayinya mendapatkan infus antibiotik terlalu banyak, sehingga terjadi mutasi genetik.

Menurutnya, mutasi genetik yang menyebabkan ususnya itu tidak bisa mencerna ASI karena terjadi resisten antibiotik.

Kepergian bayi Felix Liauw menjadi titik terendah hidup. Sebab, dia juga menghadapi stigma dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Dia berharap agar tidak ada bayi yang diberikan antibiotik secara sembarangan.

World Health Organization (WHO) memprediksikan angka kematian karena resisten antibiotik bisa menembus 10 juta pada 2050.

Kematian karena resistansi antibiotik dalam tren meningkat, karena kesalahan dalam penggunaan antibiotik. Selain itu, masih banyaknya masyarakat yang membeli dan mengonsumsi antibiotik berdasarkan dengan resep lama.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Indonesia Dante Saksono Harbuwono mengatakan peluncuran Stranas Pengendalian Resistansi Antimikroba merupakan momen penting untuk belajar dari kesalahan masa lalu dan berkomitmen dalam upaya pencegahan resistansi antimikroba (AMR). 

Stranas ini memiliki tiga landasan utama, yakni tata kelola efektif, informasi strategis, serta sistem evaluasi eksternal.  

“Stranas ini dibangun dengan empat pilar penting, yaitu pencegahan penyakit infeksi, akses terhadap layanan kesehatan esensial, diagnosis tepat waktu dan akurat, serta pengobatan yang tepat dan terjamin kualitasnya,” dikutip dari situs Kementerian Kesehatan.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro