Bisnis.com, JAKARTA - China tengah menghadapi virus Human Metapneumovirus (HMPV) setelah lima tahun terjadinya pandemi Covid-19. Bahkan, ramai juga bahwa terdapat virus lainnya yang merebak di sana, yakni influenza A. Lantas, apa perbedaan HMPV dan Influenza A?
HMPV ditemukan pada 2001. Virus ini termasuk dalam famili Pneumoviridae bersama dengan respiratory syncytial virus (RSV).
HMPV dapat menyebabkan penyakit pernapasan atas dan bawah pada orang-orang dari segala usia, terutama di kalangan anak-anak, orang tua, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Sedangkan, influenza A H1N1 yang dominan tengah beredar di Beijing, sering disebut flu babi dan merupakan kombinasi baru virus influenza yang menginfeksi babi, burung, dan manusia.
Adapun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan flu H1N1 sebagai pandemi pada 2009, yang pada tahun tersebut flu H1N1 menyebabkan 284.400 kematian di seluruh dunia. Pada Agustus 2010, WHO menyatakan pandemi telah berakhir. Namun, jenis flu H1N1 dari pandemi tersebut menjadi salah satu jenis yang menyebabkan flu musiman.
Gejala HMPV
Gejala yang umumnya dikaitkan dengan HMPV meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Gejala klinis infeksi HMPV dapat berkembang menjadi bronkitis atau pneumonia dan mirip dengan virus lain yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.
Perkiraan masa inkubasi adalah 3 hingga 6 hari, dengan durasi penyakit rata-rata bervariasi tergantung pada tingkat keparahan, tetapi serupa dengan infeksi saluran pernapasan lainnya yang disebabkan oleh virus.
Virus ini tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti yang memiliki penyakit kronis diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.
Data pengawasan dari Sistem Pengawasan Virus Pernapasan dan Enterik Nasional (NREVSS) milik CDC juga menunjukkan HMPV paling aktif selama akhir musim dingin dan musim semi di daerah beriklim sedang. HMPV, RSV, dan influenza dapat bersirkulasi secara bersamaan selama musim virus pernapasan.
Gejala FLU H1N1
Adapun, gejala flu yang disebabkan oleh H1N1 yang umum disebut flu babi, mirip dengan gejala virus flu lainnya. Gejala biasanya dapat muncul dengan cepat, dan dapat meliputi demam (meskipun tidak selalu), nyeri otot, menggigil disertai keringat, batuk, sakit tenggorokan, hidung berair atau tersumbat, serta mata merah dan berair. Selain itu, penderita juga dapat mengalami sakit mata, pegal-pegal di seluruh badan, sakit kepala, kelelahan, kelemahan, dan diare.
Orang yang terkena gejala juga dapat merasa mual dan muntah. Namun hal ini lebih umum terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Gejala flu juga berkembang sekitar 1 hingga 4 hari setelah terpapar virus.
Namun, jika Anda mengalami gejala darurat flu, seperti kesulitan bernafas, nyeri dada, tanda-tanda dehidrasi seperti tidak buang air kecil, pusing terus-menerus, kejang, nyeri otot, dan jika kulit, bibit atau bantalan kuku anak berwarna pucat, abu-abu dan biru, maka Anda dapat melakukan perawatan medis.
Cara Pencegahan HMPV
Kemenkes mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. Meski demikian, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam dan istirahat efektif dalam membantu meringankan gejala.
Pemerintah juga menekankan agar masyarakat dapat menerapkan langkah pencegahan dan segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan, jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.
Cara Pencegahan Flu H1N1
CDC merekomendasikan vaksinasi flu tahunan untuk semua orang yang berusia 6 bulan atau lebih. Virus H1N1 termasuk dalam vaksin flu musiman.
Vaksin flu dapat menurunkan risiko Anda terkena flu. Vaksin ini juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit serius akibat flu dan harus dirawat di rumah sakit. Vaksin flu musiman setiap tahun melindungi terhadap tiga atau empat virus influenza.
Anda juga dapat mencuci tangan sesering mungkin, menutup batuk dan bersin, hindari menyentuh wajah Anda, membersihkan dan disinfeksi permukaan, dan yang terakhir menghindari kontak dengan virus.