Bisnis.com, JAKARTA - Ibu hamil dan pasca melahirkan merupakan kelompok yang rentan terkena masalah kesehatan mental karena perubahan yang dialami pada berbagai tahapan yang mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Hampir satu dari lima wanita hamil dan melahirkan terkena masalah kesehatan mental selama periode pre-natal dan postpartum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi serta beberapa contoh populasi yang terkena di beberapa Negara.
Dilansir dari laman kemenkes, perempuan hamil dan pasca melahirkan cenderung mengalami peningkatan kecemasan yang dapat mengakibatkan pada gangguan psikologis diantaranya kecemasan, stress, insomnia, depresi ataupun post?traumatic stress disorder.
Gangguan kesehatan psikologis selama kehamilan meningkatkan risiko pada janin berupa perkembangan janin yang buruk, kelahiran prematur, ataupun BBLR. Faktor yang mendasarinya yaitu akses pelayanan kesehatan terbatas, kurangnya dukungan sosial dari berbagai pihak, dan kekhawatiran akan kesehatan dirinya dan janin apabila tertular penyakit. Dukungan sosial membantu wanita hamil menghadapi stresor kehidupan mereka.
Sebuah studi di Cina menggambarkan sebanyak 5.3% ibu hamil mengalami gejala depresi, 6,8 % mengalami kecemasan, 2,4% mengalami ketidaknyamanan fisik, 2,6 % mengalami insomnia, dan 0,9 % mengalami Post? Traumatic Stress Disorder (PTSD)dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, wanita yang hamil mungkin memiliki lebih banyak kesempatan untuk kontak dengan tenaga kesehatan walaupun tetap masih sangat terbatas pada pandemik ini.
Periode kehamilan dan persalinan pada wanita menempatkan mereka pada kondisi yang rentan terjadinya gangguan psikologis, meskipun postpartum blues dan depresi telah jauh ada sebelum pandemik. Wanita hamil dan janinnya merupakan populasi berisiko tinggi selama wabah penyakit menular.
Penelitian yang dilakukan di sebuah rumah sakit New York City yang sudah terafiliasi selama 2 minggu dari 13 Maret 2020 hingga 27 Maret 2020 menemukan sebanyak 43 wanita hamil yang dinyatakan positif COVID?19, dengan 14 orang tanpa gejala dan 29 orang dengan gejala. Temuan klinis pada wanita hamil dengan COVID?19 bisa jadi atipikal dengan suhu normal dan leukositosis.
Perkiraan prevalensi di negara maju sekitar 12% wanita memenuhi kriteria untuk salah satu gangguan kejiwaan berikut selama kehamilan dan pascapersalinan: gangguan depresi mayor, episode manik, gangguan kecemasan umum, fobia sosial, fobia spesifik.
Masalah kesehatan mental selama periode pre-natal juga bervariasi menurut kehamilan. Sementara itu satu studi menemukan bahwa prevalensi kecemasan pre-natal yang dinilai oleh Rumah Sakit dan Skala Depresi Kecemasan (HADS) serupa di tiga trimester, yang lain mencatat prevalensi depresi pre-natal. Itu jauh lebih tinggi pada usia 12 – 16 minggu (6,1%) dibandingkan pada trimester ketiga (4,4%).
Sementara itu, setelah melalui proses persalinan yang tidak mudah, banyak ibu terlalu fokus pada kebutuhan bayi hingga lupa memperhatikan kondisi dirinya sendiri.
Padahal, momen pasca melahirkan juga merupakan waktu penting bagi ibu untuk memulihkan fisik, mental, dan emosinya, termasuk dengan memberikan waktu untuk pampering atau perawatan diri.
Joice Novita Kristianto, S. Psi., Psikolog dari Bethsaida Hospital Gading Serpong, mengingatkan bahwa pampering bukan sekadar kemewahan, tapi kebutuhan psikologis.
“Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan. Ditambah rasa lelah, kurang tidur, dan tekanan emosional, bisa memicu baby blues hingga depresi pasca melahirkan. Itulah mengapa self-care dalam bentuk pampering perlu diprioritaskan,” jelas Joice.
Menurut Joice, banyak ibu yang merasa bersalah saat ingin merawat diri sendiri setelah melahirkan. Padahal, me-time dan pampering justru membantu menjaga kestabilan emosi, meningkatkan rasa percaya diri, dan membuat ibu lebih siap menjalani peran barunya.
“Pampering bisa berarti relaksasi sederhana, tidur berkualitas, perawatan kulit, atau konsultasi dengan psikolog. Yang terpenting adalah menciptakan ruang untuk ibu merasa nyaman, dihargai, dan kembali terhubung dengan dirinya,” tambahnya.
Setelah sembilan bulan mengandung dan melewati persalinan, para ibu berhak mendapat perhatian dan perawatan terbaik, secara fisik maupun emosional.
“Setiap ibu punya kisah dan tantangan sendiri. Kami hadir bukan untuk menghakimi, tapi untuk mendampingi dengan pendekatan yang hangat dan penuh empati Karena itu kami memberikan layanan pampering pasca melahirkan,” kata Joice.
Selain itu, dia mengatakan peran ayah yang terlibat dalam pengasuhan anak sangat penting bagi seorang ibu, agar ia memiliki waktu untuk merawat dirinya sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah seperti berbagi tugas dalam merawat bayi (ayah menemani bayi saat terbangun di malam hari), membantu mencuci botol dan pakaian bayi, membantu mengganti popok dan memandikan bayi, serta hal lainnya.
Dengan adanya keterlibatan ayah ini, ibu merasa mendapat dukungan dari pasangan dan tidak merasa sendirian, sehingga dapat meminimalkan munculnya baby blues pada ibu.
dr. Pitono menekankan pentingnya pendekatan terintegrasi antara layanan kebidanan, anak, dan psikologi.