Bisnis.com, JAKARTA - Sudah sejak lama ada anggapan jika konsumsi gula bisa menyebabkan kanker, dan hal ini membuat banyak orang khawatir.
Anggapan ini sering disalahpahami, dimana orang percaya gula secara langsung "memberi makan" kanker, yang menunjukkan bahwa sekadar mengonsumsi permen dapat memicu tumor.
Namun, meskipun sel kanker mengonsumsi lebih banyak glukosa daripada sel yang sehat, ini tidak berarti gula adalah akar penyebab kanker.
Sebenarnya, setiap sel dalam tubuh Anda bergantung pada glukosa untuk energi, termasuk otak dan otot Anda, bukan hanya sel kanker.
Dilansir dari Bolde seperti yang diuraikan dalam Frontiers in Oncology, pertumbuhan tumor terkait erat dengan metabolisme glukosa, tetapi hubungan ini dibentuk oleh banyak variabel metabolik, bukan hanya asupan gula.
Sel kanker memang memiliki selera yang kuat terhadap glukosa, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "efek Warburg." Namun, ini tidak berarti mengonsumsi gula secara inheren berbahaya. Sel kanker mengonsumsi lebih banyak glukosa hanya karena mereka membelah dengan cepat dan membutuhkan lebih banyak energi.
Masalahnya bukanlah gula itu sendiri melainkan apa yang dilakukan kelebihan kronis terhadap tubuh dari waktu ke waktu. Kondisi seperti obesitas, resistensi insulin, dan peradangan sistemik meningkatkan risiko kanker, tetapi hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan makan jangka panjang, bukan bahan tunggal.
Seperti yang dijelaskan dalam Journal of Experimental Medicine, metabolisme kanker beradaptasi berdasarkan stres seluler dan perubahan genetik, bukan hanya konsumsi gula.
Kekhawatiran utama bukanlah gula, tetapi resistensi insulin ketika sel-sel Anda berhenti merespons insulin secara efektif, yang sering kali disebabkan oleh asupan gula dan karbohidrat olahan yang berlebihan.
Seiring waktu, hal ini menyebabkan kadar insulin yang lebih tinggi dalam aliran darah, yang dapat mendorong pertumbuhan kanker tertentu, termasuk kanker payudara, pankreas, dan usus besar. Ini bukan tentang menghilangkan gula sepenuhnya, tetapi tentang mendukung keseimbangan hormonal dan kesehatan metabolisme.
Penelitian dari Nursing in Practice menggarisbawahi bagaimana peningkatan insulin, bukan gula itu sendiri, dikaitkan dengan perkembangan kanker dan hasil yang buruk.
Penting juga untuk membedakan antara jenis gula dan karbohidrat. Karbohidrat olahan seperti roti putih, minuman manis, dan camilan ultra-olahan dipecah dengan cepat menjadi glukosa, yang menyebabkan lonjakan gula darah dan akhirnya resistensi insulin.
Makanan ini kekurangan serat, nutrisi, dan rasa kenyang, sehingga lebih mudah untuk mengonsumsinya secara berlebihan dan lebih sulit untuk mempertahankan berat badan yang sehat.
Diet yang tinggi dalam makanan olahan ini berkontribusi lebih banyak terhadap risiko kanker daripada gula alami dari makanan utuh. Menurut Harvard Health, pola makan ultra-olahan dikaitkan dengan kejadian kanker yang lebih tinggi karena nilai gizinya yang rendah dan penggunaan zat aditif yang berlebihan.
Ketakutan terhadap gula juga bisa menjadi bumerang. Menganggap gula sebagai hal yang buruk sering kali berujung pada pembatasan dan stres yang ekstrem, yang keduanya dapat memengaruhi kesehatan kekebalan tubuh dan meningkatkan peradangan.
Stres kronis mengganggu pengaturan hormon dan pencernaan, yang berpotensi menimbulkan dampak yang lebih buruk daripada asupan gula dalam jumlah sedang.
Selain itu, diabetes merupakan faktor risiko utama kanker, dan gula memang berperan di sini, khususnya dalam kemampuannya menyebabkan gula darah tinggi kronis dan resistensi insulin. Seiring waktu, disfungsi metabolik ini menciptakan serangkaian perubahan inflamasi yang dapat mempersiapkan tubuh untuk diabetes dan kanker.
Dengan mengurangi asupan gula dan berfokus pada pengaturan gula darah, Anda mendukung pencegahan penyakit secara keseluruhan. Menstabilkan kadar glukosa melalui diet seimbang dan aktivitas teratur jauh lebih berdampak daripada menghilangkan gula saja.
Terakhir, tidak semua gula dibuat sama. Gula olahan dalam permen dan soda berperilaku sangat berbeda di dalam tubuh dibandingkan gula alami dalam buah dan sayur. Yang terakhir mengandung serat, antioksidan, dan nutrisi penting yang melindungi dari penyakit.
Faktanya, buah dan makanan nabati utuh bersifat melindungi, bukan berbahaya. Kuncinya bukanlah menghindari gula sama sekali tetapi memperhatikan sumber dan jumlahnya. Pencegahan kanker bukanlah tentang menghilangkan satu kelompok makanan, tetapi tentang menjalani gaya hidup yang mengutamakan makanan utuh yang padat nutrisi, gerakan, dan pengurangan stres. Sudah saatnya mengubah narasi: gula bukanlah musuh ketidakseimbangan kronislah yang menjadi musuh.