Bisnis.com, JAKARTA - Ondel-ondel merupakan ikon khas yang dikenal dengan bentuk unik, besar, dan banyak ditemukan di setiap sudut Jakarta. Ikon ini banyak ditemukan dalam pagelaran festival budaya, destinasi wisata, rumah adat, dan lainnya.
Dilansir dari situs Kebudayaan Betawi, Senin (23/6/2025), ondel-ondel merupakan hasil dari karya seni Betawi kuno yang dikenal sebagai barongan. Dalam Bahasa Betawi, barongan merupakan sekelompok orang.
Barongan bukanlah kesenian yang bisa dimainkan sendirian, melainkan membutuhkan banyak orang. Menurut cerita orang-orang tua setempat, ondel-ondel sudah ada sejak zaman nenek moyang, yang dibuat untuk menolak bala atau musibah.
Ondel-ondel banyak ditemukan pada saat upacara tolak bala untuk menangkal wabah yang terdapat di dalam suatu desa. Ondel-ondel sudah ada sebelum tahun 1600 M. Hal ini ditulis langsung oleh seorang saudagar Inggris bernama W. Scott di dalam buku perjalanannya.
Scott menulis bahwa dirinya melihat budaya unik berupa boneka raksasa, yang ditampilkan masyarakat Sunda Kelapa saat pelaksanaan upacara adat. Nama dari boneka tersebut memang tidak disebutkan, tetapi banyak orang yang meyakini bahwa itu adalah Ondel-ondel.
Ondel-ondel dibuat berpasangan laki-laki dan perempuan, layaknya sepasang pengantin. Ondel-ondel laki-laki dibuat dengan khas warna merah yang melambangkan tanda keberanian dan penuh semangat.
Sementara itu, ondel-ondel perempuan dibuat dengan warna putih yang melambangkan kesucian dan kemurnian. Simbol warna merah dan putih memperlihatkan sikap gagah serta anggun yang siap dilihat oleh banyak orang.
Dilansir dari senibudayabetawi.com, Ondel-ondel memiliki berat sebesar 20-25 kg dan memiliki tinggi sekitar 2,5 meter dengan lebar 80 cm. Dari berat dan besar tersebut, Ondel-ondel banyak dibawakan oleh kaum laki-laki yang memiliki kekuatan ekstra saat mengangkat beban.
Bahan yang digunakan untuk membuat Ondel-ondel terdiri dari anyaman bambu yang dihiasi dengan topeng serta ijuk sebagai rambut, untuk meletakkan kembang kelapa khas Melayu.
Kembang kelapa tidak hanya diartikan sebagai hiasan, melainkan diambil dari abad ke-15 Kota Jakarta dengan nama Sunda Kelapa. Nama tersebut digunakan karena sebagian wilayah Jakarta pada abad ke-15 merupakan perkebunan dari kelapa.
Pada bagian wajah, Ondel-ondel laki-laki dipenuhi dengan warna merah yang melambangkan ekspresi yang berani, keras, dan memiliki kekuatan. Pakaian yang digunakan merupakan ujung serong atau sadaria.
Ondel-ondel perempuan memiliki ciri khas warna putih yang melambangkan kesucian dan kelembutan, serta menggunakan kebaya encim dan sarung jamblang. Pada acara resmi, Ondel-ondel perempuan akan memakai selendang bermotif fauna atau flora, berbeda dengan Ondel-ondel laki-laki yang bermotif kotak-kotak.
Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, Ondel-ondel digunakan untuk merayakan acara pesta pernikahan, pagelaran budaya, peresmian acara ataupun gedung pemerintah Kota Jakarta, dan sebagainya. Pada 1970-an, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin mencanangkan ondel-ondel sebagai ikon Jakarta.
Kini, Ondel-ondel kembali dihadirkan dalam kehidupan masyarakat Betawi, baik dalam bentuk seni pertunjukan yang diiringi dengan berbagai kesenian lainnya. Dalam pertunjukannya, Ondel-ondel diiringi dengan musik tanjidor, gambang kromong, rebana, kendang pencak, dan lainnya. (Maharani Dwi Puspita Sari)