Bisnis.com, JAKARTA - Saat dunia seni rupa Indonesia, seperti halnya kawasan seni rupa lain di dunia, banyak didominasi oleh para perupa dari jalur akademik, perupa Afriani mendobraknya melalui sejumlah karya yang dipamerkan. Perupa perempuan yang datang dari jalur non akademis atau otodidak ini mensejajarkan diri melalui tiga pameran tunggal dalam lima tahun terakhir.
Rutin menyelenggarakan pameran tunggal bertema sosial kemasyarakatan yaitu Vox Populi (2010) dan Prahara Sunyi (2013), Afriani kembali memamerkan karya hasil dari proses kreatifnya selama satu tahun ini bertajuk Be The Winner.Pameran yang menampilkan 21 karya lukisan, berlangsung di Galeri 678 Jakarta, belum lama ini.
Kurator pameran Kuss Indarto menilai karya lukisan Afriani memberikan tawaran yang berbeda melalui gagasannya yang dapat diperbincangkan lebih jauh. Melalui karyanya, perempuan kelahiran Sumatera Barat 5 April 1974 ini mencoba lepas dari tataran artistik saja.
Ini terlihat dari dua pamerannya, Vox Populi (2010) dan Prahara Sunyi (2013), yang lebih banyak menyoal ketimpangan sosial. Pada pameran Be The Winner kemarin, dia memperbincangkan beragam perkara yang melingkupi dirinya. Termasuk, pilihannya menjadikan jagat seni rupa sebagai pilihan profesinya sekaligus sebagai medan pertarungan.
Perupa Afriani melakukan dobrakan dengan sukses melakukan pameran di galeri ternama. Ini di tengah fakta bahwa lebih banyak galeri yang menerima perupa dengan latar belakang akademis.
Sosoknya terus hadir melalui pameran secara terus menerus dalam lima tahun terakhir. Dalam perbincangan seni rupa Indonesia, ini tidak main-main. Perupa otodidak harus bertarung kuat. Apalagi di Jakarta banyak galeri yang tidak menerima karya perupa non akademis, tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
