Bisnis.com, JAKARTA - Pekerjaan seni yang banyak ditopang kreatifitas dan intuisi ternyata tak berarti menjadi seorang desainer adalah hal yang mudah.
Tak sekadar bisa menjahit, desainer harus punya identitas yang berbeda dari yang lain.
Event Manager Esmod Chike Herningtias mengatakan, banyak orang yang bisa menjahit dan menggambar lalu mereka menyebut dirinya desainer. Padahal, desainnya tidak memiliki identitas yang jelas.
Baca Juga Pejabat Korupsi, Jokowi Kecewa Berat |
---|
“Akhirnya, setelah rilis satu koleksi, dia tidak terlihat di permukaan lagi. Memang tidak semua desainer harus mengenyam pendidikan mode secara formal, tetapi paling tidak dia tahu dasar-dasarnya,” ujar Chike.
Chike melihat, kebanyakan lulusan sekolah mode banyak yang melahirkan pakaian bergaya adibusana yang membutuhkan skill kerajinan tangan yang tinggi. Namun, kelemahannya adalah kebanyakan perancang akhirnya terbuai untuk tidak menggarap pasar dan hanya sekedar memamerkan busana.
“Esmod tetap memberikan ruang ide liar para siswa, yang paling penting setelah lulus dari sekolah mode tidak hanya membuat baju yang benar, tetapi harus melihat tren pasaran dan pakaiannya laku,” ujarnya.
Dewi Sartika, seorang murid Esmod yang mengambil program pendidikan pendek selama satu tahun di Esmod, mengaku bersyukur diberi kesempatan untuk belajar secara langsung oleh para ahli.
Dalam program Fav #01 powered by Esmod Jakarta, para desainer baru lulusan sekolah mode dipertemukan dengan desainer senior, seperti Tri Handoko dan Truly Hutagalung dari industri ritel dalam sebuah sesi pelatihan.
Mereka diberi kesempatan untuk memamerkan karyanya dalam ajang Rookie Runway pada pekan ini.
“Kami diberi kesempatan konsultasi dengan Tri Handoko dan dapat banyak ilmu yang tidak saya dapat saat proses sekolah. Media yang seperti ini sangat dibutuhkan oleh para desainer muda,” katanya.