Show

Alam Takambang Jadi Guru di BBJ

Inria Zulfikar
Selasa, 22 November 2011 - 13:30
Bagikan

 

JAKARTA: Bentara Budaya Jakarta (BBJ) menggelar pameran replika dan konservasi songket lama Minangkabau pada 24 November-4 Desember.
 
Pada sehelai kain songket Minangkabau bisa disaksikan “manuskrip” filosofi. Bukan sekedar sebuah ornamen hiasan, melainkan sebuah ajaran filosofi “Alam Takambang Jadi Guru”.  Setiap motif memiliki nama dan makna. Inilah yang membedakan songket Minangkabau dengan songket-songket lainnya. 
 
Pameran ini mengacu pada proses replika dan konservasi songket Minangkabau yang telah diangkat oleh Studio Songket Erika Rianti dalam meneliti dan menginventarisasi motif lama songket Minangkabau.  
 
Studio yang diprakarsai oleh pasangan Bernhard Bart (seorang arsitek dari Swiss) dan Erika Dubler serta Alda Wimar, dan Nina Rianti ini, tidak sekedar mendata dan menginventarisasi, melainkan menghasilkan kembali songket Minangkabau yang berkualitas tinggi yang pernah dikerjakan oleh para leluhur Minangkabau. 
 
Saat ini Studio Songket Erika Rianti dikelola oleh Nanda Wirawan, lulusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas. Lewat presentasi kali ini, akan diperkenalkan songket-songket lama Minangkabau, desain kontemporer yang berbasis motif tradisi, serta pengembangan, motif songket tradisional Mingkabau sebagai upaya konservasi budaya.  
 
Pameran akan mengusung sekitar 50 helai kain songket yang terdiri dari 40 helai songket hasil revitalisasi songket lama;  5 songket dengan disain kontemporer berbasis tradisi;  5 songket dengan motif yang ditransformasi dari motif ukir. 
 
Songket yang dipamerkan dalam beragam bentuk antara lain selendang, tingkuluak, balapak, deta, dalamak, ikek dan sarung. Bahan yang dipakai adalah sutra, katun dan benang makau.
 
Selain songket, pameran ini juga menampilkan beberapa materi pendukung berupa pakaian dan perhiasan tradisi sebagai padu padan dari songket. Materi pendukung tersebut antara lain Baju Kuruang Basiba, Kodek Batik Tanah Liat, Kalung Kaban, Gelang dan beberapa perhiasan lainnya. 
 
Pameran ini juga didukung oleh penampilan sebuah grup musik  kontemporer asal Sumatra Barat beraliran world music. Grup yang didirikan oleh Alda Wimar dan Nina Rianti ini telah beberapa kali tampil di berbagai kota di Indonesia dan Malaysia. Kelompok musik ini didukung oleh komunitas budaya “Pucuk Rebung” yang beraktivitas dalam bidang penelitian, pengkajian dan pendokumentasian, serta “pentas sakral” yang berkecimpung dalam musikalilasasi puisi karya penyair Indonesia. (ln)
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro