Bisnis.com, JAKARTA-Prapancha Research (PR) menemukan bahwa nasi goreng, rendang, dan sate lebih terkenal secara global dibanding rata-rata masakan yang berasal dari Asia melalui jejaring sosial, Twitter.
Nasi goreng adalah yang paling banyak diperbincangkan di jejaring sosial dengan 2,3 juta perbincangan di luar Indonesia, diikuti rendang dengan 1,1 juta perbincangan di luar Indonesia. Selanjutnya adalah sate dengan 533.000 perbincangan di luar Indonesia.
Sementara itu untuk masakan mancanegara, tom yam di luar Thailand memperoleh hanya 254.000 perbincangan, bulgogi dan bibimbap di luar Korea masing-masing memperoleh 210.000 dan 162.000 perbincangan.
“Kami membandingkannya dengan tom yam, makanan terkenal khas dari Thailand. Bulgogi, masakan daging tersohor dari Korea. Lalu bibimbap, nasi campur dari negara yang sama, yang jauh tertinggal dibandingkan pembicaraan tentang masakan Indonesia,” ujar analis PR Cindy Herlin Marta, Jumat (26/7).
Kesemua makanan ini juga pernah masuk ke dalam daftar 50 makanan terlezat dunia versi jajak pendapat CNN tahun 2011. Di daftar tersebut, rendang dan nasi goreng secara berurutan menempati peringkat pertama dan kedua.
“Selama ini kita mungkin mengira masakan negara-negara Asia lainnya lebih memikat hati orang-orang mancanegara. Namun sebagai negara yang sama-sama belum memiliki gerai makanan sebanyak masakan Cina dan Jepang, masakan Indonesia berada di posisi yang lebih unggul,” ujar Cindy.
Sayangnya, banyak di antara warga dunia yang menikmati makanan asal Indonesia tersebut di restoran Cina atau restoran umum yang menyediakan masakan-masakan Asia. Gerai makanan Indonesia memang terbilang langka di mancanegara. Akibatnya, menjadi hal yang lazim jika orang-orang asing cenderung mengira nasi goreng, sate, atau rendang berasal dari Thailand, Singapura, atau Malaysia, imbuh Cindy.
Namun demikian, ketimbang meributkan atau mengkhawatirkan masakan kita diklaim negara tetangga, Cindy menilai akan lebih produktif seandainya berbagai langkah bisa dilakukan untuk membantu pendirian dan pengembangan gerai-gerai masakan Indonesia di berbagai negara.
Bila Indonesia diikutsertakan dalam pantauan, total perbincangan sate di Twitter akan mencapai 8,6 juta perbincangan, nasi goreng 5,4 juta perbincangan, dan rendang 2,5 juta perbincangan. Jumlah perbincangan sate dan nasi goreng bahkan melampaui perbincangan lasagna, masakan internasional asal Italia, yang perbincangannya mencapai 3,8 juta, dan mendekati spaghetti yang mencapai 9 juta. Bahkan perbincangan bibimbap dan bulgogi di luar Korea sendiri, paling banyak kedua adalah di Indonesia (bulgogi 40.000, bibimbap 26.000).
Fakta ini menunjukkan juga bahwa Indonesia adalah pasar komoditas kuliner yang sangat potensial. "Dengan dukungan pasar dalam negeri yang kuat, ekspansi adalah hal yang semestinya dilakukan untuk kian memajukan industri kuliner Indonesia," tegas Cindy.
Pemerintah Thailand, sebagai contoh, sudah sejak lama mendorong internasionalisasi kulinernya dengan kampanye “Thailand, Dapurnya Dunia”. Pemerintah menyediakan pusat pelatihan, informasi, serta peminjaman dana bagi mereka yang ingin membuka gerai makanan Thailand di negara lain.
“Nilai strategis ekspansi ini berlimpah: memperkuat kebanggaan nasional, mengundang turis ke tanah air, membuka pasar ekspor bahan pangan, mendatangkan devisa, mendorong pertumbuhan ekonomi. Saya kira, tidak ada alasan bagi pihak-pihak terkait, pemerintah maupun swasta, untuk melewatkan kesempatan ini,” papar Cindy.