Bisnis.com, JAKARTA - Apa yang membedakan antara ejakulasi dini dan disfungsi ereksi? Terkadang, orang salah menafsirkan arti kedua istilah tersebut.
Ponco Birowo, dokter dari RS Asri Jakarta, mengatakan ejakulasi dini terjadi ketika penis pria mampu melakukan penetrasi pada vagina meskipun hanya sebentar, setelah keluarnya sperma dikarenakan orgasme. Adapun, disfungsi ereksi (DE) yaitu ketika penis pria tidak cukup keras untuk melakukan penetrasi ke vagina.
“Sebagian besar pasien yang datang ke saya bermasalah dengan ejakulasi dini. Mereka keliru dan menganggapnya mengalami DE. Dan penting untuk disampaikan bahwa DE atau lemah syahwat itu merupakan sebuah penyakit yang harus diperhatikan,” katanya dalam jumpa pers Pasien Disfungsi Ereksi Kini Mempunyai Harapan Sembuh Tanpa Obat, beberapa waktu lalu.
Akibat lemah syahwat yang dialami pria, menyebabkan banyaknya keluhan terutama pada pasangannya, yakni ketidakpuasan seksual. Perempuan, dalam hal ini istri, tidak mendapatkan hak seksual secara proposional.
Menurutnya, lemah syahwat merupakan salah satu gangguan fungsi seksual yang umum ditemukan pada pria berusia di atas 40 tahun. Data menyebutkan hampir 39% pria lemah syahwat berusia 40-70 tahun memiliki tingkat keparahan sedang dan berat, sedangkan tingkat keparahan ringan sampai berat sebanyak 52%.
Ponco menuturkan bahkan diperkirakan pada 2025, menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika Serikat, 322 pria akan mengalami lemah syahwat. Penderita DE yang terjadi saat ini perbandingannya adalah 24 orang per 1.000 pria.
Beberapa akibat dari DE terbagi ke dalam dua katagori yakni faktor organik seperti hilangnya minat pada aktivitas seksual hingga ukuran testis mengecil.
Adapun, faktor psikogenik antara lain pasangan sulit mendapatkan orgasme, hubungan suami istri kurang harmonis, depresi, perasaan bersalah, sampai perasaan takut akan keintiman.
Dia menjelaskan saat ini cukup banyak pengobatan untuk pria penderita lemah syahwat. Berbagai kemajuan dalam bidang pengobatan baik terapi obat minum maupun nonminum telah banyak menolong penderita.
Terapi lemah syahwat sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain terapi tahap pertama yang mengobati penyebab disfungsi ereksi.
Misalnya perbaikan gaya hidup, yakni berhenti merokok, memperbanyak olahraga, serta melakukan pengobatan tetap. Sementara itu, tahap selanjutnya yaitu injeksi langsung ke bagian penis, injeksi ke saluran kencing hingga pembedahan protesis dan terapi hormon atau terapi seks.
Nur Rasyid, urolog senior dari RS Asri dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM), menambahkan sekarang sudah hadir jenis terapi bagi penderita lemah syahwat yang ampuh. Jenis terapi tersebut dinamakan low-intensity extracorporeal shockwave therapy (LI-ESWT) yang sebetulnya sudah hadir pada 1980-an.
“Teknik LI-ESWT pada dasarnya me ngembalikan penis untuk bisa berdiri kembali, dilakukan dengan cara memasukkan gelombang kejut pada penis yang akan membentuk pembuluh darah baru,” katanya.
Penderita lemah syahwat akan mendapatkan terapi dengan alat yang menembakkan gelombang kejut pada penis pada bagian puncak, tengah dan pangkal. Caranya, penderita diberikan gelombang kejut sebanyak 12 kali selama 9 minggu dengan biaya terapi sekitar Rp30 juta.
“Nanti pasien akan diterapi selama 2 x seminggu pada 3 minggu pertama. Kemudian istirahat selama 3 minggu dan kembali dilakukan penembakan selama 3 minggu. Hasilnya, sekitar 50% pasien lemah syahwat, mampu kembali ereksi tanpa proses pengobatan,” ungkapnya.