BIRUNYA laut, diwarnai oleh deburan ombak yang saling berkejaran menyusuri bibir pantai berpasir putih menari-nari di benak Rika, seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta.
Tumpukan pekerjaan dan rutinitas sehari-hari, membuat pikirannya semakin penat. Untuk kembali menyegarkan pikiran, bersama rekan-rekannya, wanita berusia 26 tahun ini pun merencanakan berlibur ke Pulau Bali.
Keindahan wisata alam dan budaya yang ada di Pulau Dewata itu, begitu memikat hatinya. Untuk menyempurnakan liburannya, dia sengaja menggunakan jasa biro perjalanan wisata (tour and travel).
Berlibur memang menjadi salah satu cara paling efektif untuk menghilangkan kepenatan. Tidak sedikit masyarakat yang menganggap liburan sebagai suatu keharusan di tengah rutinitas sehari-hari.
Banyaknya paket perjalanan murah, ditambah dengan berbagai layanan cicilan pembayaran semakin memudahkan siapa saja yang ingin melancong ke berbagai destinasi wisata, baik dalam maupun luar negeri.
Mereka bahkan rela berhemat demi mendapatkan liburan yang menyenangkan. Seperti terungkap dalam survey yang dirilis oleh TripAdvisor, situs perjalanan terbesar dunia yang menyebutkan sekitar 95% masyarakat Indonesia rela berhemat untuk berlibur.
Kenyataan itu tentu saja menjadi peluang yang sangat menggiurkan bagi para pelaku usaha yang ingin terjun dalam bisnis agen perjalanan wisata. Apalagi semakin banyak destinasi-destinasi wisata yang menyajikan keindahan alam, budaya, dan kuliner yang menarik minat para traveler dalam maupun luar negeri.
Ketua Umum Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies Asnawi Bahar mengatakan setiap bulan, ada sekitar 50 anggota baru yang mendaftar di Asita. Hal tersebut mengindikasikan bahwa industri pariwisata berkembang pesat di Tanah Air.
Apalagi, pemerintah juga menargetkan penambahan jumlah wisatawan domestik dan wisatawan manacenegara serta gencar mempromosikan berbagai destinasi-destinasi wisata baru, yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan prospek usaha paket perjalanan wisata.
“Baik domestik maupun luar negeri sama-sama memiliki prospek yang bagus. Selain karena semakin besarnya kebutuhan masyarakat yang ingin berlibur, juga karena tumbuhnya industri pariwisata,” katanya.
Menurutnya, untuk terjun dalam bisnis perjalanan, pelaku usaha tidak hanya mempersiapkan pendanaan, dan sumber daya manusia, tetapi juga kemampuan operasional untuk mengendalikan sistem. Dana yang dikeluarkan pun bervariasi tergantung pangsa pasar yang dibidik, tetapi untuk membuat perusahaan setidaknya investasi awal sekitar Rp100 juta hingga miliaran rupiah.
Asnawi mengatakan dalam menjalankan bisnis biro perjalanan, pelaku usaha sebetulnya tidak bisa hanya sekadar menjual tiket, apalagi untuk perjalanan ke luar negeri. Sebab, untuk berwisata ke luar negeri, wisatawan membutuhkan paket perjalanan.
“Berbisnis dalam tour and travel harus lengkap, harus memiliki keagenan, kontak dengan pihak hotel, bekerjasama dengan pihak airlines, memiliki representative, bekerjasama dengan agen di luar negeri, serta memperluas jaringan. Pihak travel yang menggabungkan semuanya menjadi satu paket yang utuh,” ujarnya.