Musik

Menakar Prospek Industri Musik di Tahun Politik

Miftahul Khoer
Minggu, 5 Januari 2014 - 08:20
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Akhir-akhir ini publik dihebohkan oleh goyang Oplosan yang dipopulerkan artis Soimah dalam sebuah tayangan hiburan televisi swasta.

Latah goyang Oplosan tengah merajalela hampir ke seluruh pelosok negeri. Sebelumnya, goyang Caesar di acara yang sama sempat menggebrak dengan gerak dan goyangan yang khas.

Sejak lagu dan goyang Oplosan meledak, seorang pria bernama Nur Bayan pun mulai tenar. Pria berambut gondrong ini adalah pencipta dan penyanyi lagu Oplosan asli. Dia menciptakan lagu tersebut dari tiga tahun lalu.

Nama Nurbayan perlahan mulai dikenal. Bahkan televisi swasta yang menggunakan lagu ciptaannya tersebut mengundang secara live untuk mewawancarainya. Tak tanggung-tanggung, ternyata dia sudah menciptakan ratusan lagu dangdut yang siap disebarkan.

Nasib baik mungkin tengah hinggap kepada Nur Bayan. Tawaran manggung dan interview sana-sini mulai padat. Bahkan di tahun politik 2014, sebuah partai sudah menawarinya bekerja sama untuk tampil dalam masa kampanye nanti.

“Ada satu partai yang sudah menghubungi untuk manggung di kampanye mereka, tetapi belum fix,” kata Tri Rahmadi, Manager & Publsiher Nur Bayan kepada Bisnis.

Tri memandang tahun politik laiknya surga bagi para artis dangdut. Nur Bayan yang latar belakang musiknya beraliran campur sari memang berpotensi untuk meraih masa dalam sebuah kampanye. Apalagi lagu Oplosan tengah naik daun dan terngiang terus di telinga publik. Dia optimistis bakal banyak tawaran-tawaran berikutnya.

Dia menuturkan ada banyak pilihan di tahun politik yakni pemilu legislatif (Pileg), kepala daerah (Pilkada) dan presiden (Pilpres).

Tri menilai tawaran manggung di ajang Pilkada bahkan lebih besar lantaran pihak partai menilai penggunaan artis akan lebih optimal menggiring massa. Sayang ketika ditanya terkait besaran harga penawaran, dia enggan menjelaskan secara detail.

Pada 2014 nanti, relasi musik dan politik memang akan mendadak saling mesra satu sama lain. Dalam artian, para musisi yang terlibat baik penyanyi solo maupun band yang berpotensi mengerahkan massa bakal dilirik partai. Salah satu tujuannya yaitu mengumpulkan masyarakat agar melekat dengan atribut partai saat kampanye nanti.

Wali misalnya, salah satu band kesohor di Indonesia yang juga banyak dilirik partai. Namun, sikap Wali tetap netral dan tidak mendukung partai mana pun.

Tahun politik sebelumnya, Wali merapat kepada Partai Gerindra dan membantu memeriahkan kampanye partai usungan Prabowo Subianto tersebut. Pada tahun politik 2014, Wali belum berani membocorkan kepada siapa akan berlabuh.

“Kami prinsipnya simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan kedua pihak dan Wali lebih memilih pure bisnis,” ujar Adzee Ridwan manager Wali.

Adzee mengatakan biasanya untuk manggung di acara partai, tim sukses partai kerap menghubungi pada saat kampanye benar-benar mepet.

Jadi, pihaknya kini memilih menunggu kepada siapa Wali akan bekerja sama untuk menghibur di ajang pesta rakyat tersebut. Lantaran memang, dia menganggap tahun politik membuat jadwal manggung Wali cukup padat.

Marketing Communication Istana Musik Faridah yang menggarap band Radja mengatakan pihaknya kini banyak dikaitkan dengan sosok Jokowi. Radja kerap diajak manggung dalam kegiatan-kegiatan Pemda Provinsi DKI Jakarta. Padahal Radja sendiri, katanya mempunyai idealisme tersendiri untuk urusan politik.

Rida, begitu dia disapa tidak mengerti kenapa di setiap acara yang menghadirkan Jokowi, Pemda DKI Jakarta kerap menggunakan Radja. Jelas-jelas, katanya, Radja punya pilihan sendiri untuk tidak terlibat secara hitam di atas putih dengan salah satu partai. “Atau mungkin Radja tengah naik daun kembali kali ya,” paparnya.

Menjelang tahun politik, tawaran-tawaran dari partai juga datang kepada Radja. Lagi-lagi dia tidak mau menyebutkan siapa partai yang dimaksud. Rida mengatakan sebuah partai anyar milik salah satu konglomerat media tengah merapat kepada Radja.

Namun pihaknya juga tengah menunggu partai mana yang lebih bagus tawarannya. Lantaran, beberapa partai termasuk yang meminang Radja tahun pemilu sebelumnya kembali mengajak kerja sama.

Namun, tidak semua band memandang tahun politik merupakan tahun yang bagus untuk musisi. Sebagian artis malah memilih diam dan meliburkan diri manggung di tahun tersebut.

Slank, misalnya menutup diri untuk konser pada masa pemilu. “Libur manggung di masa pemilu memang sudah jadi sikap Slank sejak lama,” papar Denny A. Ramadhani, Manager Slank.

Slank sendiri menolak mentah-mentah untuk konser di acara partai. Slank tidak ingin mencampuri urusan politik dengan musik yang diusung.

Adapun, keterlibatan Slank dengan beberapa kader partai seperti Jokowi dari PDI P, Gita Wirjawan dari Demokrat merupakan kedekatan pribadi bukan dengan partai. Pihak Slank mengaku bangga dengan kehadiran dua tokoh tersebut lantaran sangat peduli terhadap kesenian.

Denny mengatakan, Slank tidak takut selama masa pemilu jadwal konsernya berkurang. Pada tahun politik 2014 juga, katanya, sebagian band dan artis banyak yang libur berkreasi dari pada kebanjiran order.

Untuk itu Slank memiliki strategi jitu dalam mendongkrak pendapatan band. Jika acara-acara off air berkurang, Slank akan mengandalkan acara televisi dan iklan. Maklum, Slank kini sudah memiliki televisi sendiri meskipun berformat streaming. “Termasuk tampil di acara televisi swasta,” ujarnya.

 

Penulis : Miftahul Khoer
Editor :
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro