Bisnis.com, JAKARTA - Panitia South to South Film (Stos) Festival menggelar pertunjukkan stand up comedy secara gratis di Goethe Institute, Senin (17/3/2014) petang. Pertunjukkan tersebut menampilkan duo comic Ernest Prakasa serta Arie Keriting.
Dua komedia yang sedang naik daun ini akan membahas isu-isu yang sedang booming di Indonesia dengan gaya khasnya masing-masing. Ernest Prakasa dikenal dengan guyonannya tentang etnis Tionghoa, sedangkan Arie Kriting dengan logat khas Papua.
Menurut Voni Novita, anggota panitia, mengatakan guyonan atau lawakan sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia untuk melepas penat atau pelarian dari suatu isu. Terbukti masyarakat lebih menyukai tayangan yang bersifat humor di televisi.
“Salah satu genre guyonan yang mulai menjadi tren di Indonesia adalah stand up comedy. Namun tahukah Anda, Indonesia sudah mengunakan gaya stand up comedy bahkan sejak berpuluh-puluh tahun lalu?,” tanya dia.
Sejarah mencatat, grup lawak Srimulat yang didirikan oleh Teguh Slamet Rahardjo ini mengunakan gaya stand up comedy sejak 1960-an. Saat itu, pementasan Srimulat sarat akan pesan dan kritik sosial. Kritik-kritik tersebut dibahas dengan guyonan yang kental dengan subkultur Jawa.
Stand up comedy saat ini juga dikenal karena guyonan kritik sosialnya yang pedas namun kerap mengocok perut. Isu yang serius pun menjadi ringan dan menyenangkan. South to South Film Festivalakan mengajak pengunjung tertawa dalam Indonesia Kita bersama Ernest Prakasa dan Arie Kriting.