Akhir-akhir ini Wilfridus Zenobius Kolo, seorang pekerja swasta di Jakarta mengaku kualitas tidurnya kurang baik dan cukup mengganggunya dalam beraktivitas keseharian. Sebagai seorang pekerja lapangan, kualitas kenikmatan dalam tidur tentu menjadi harapan yang berarti demi menjaga kesehatannya.
"Saya merasa kualitas tidur saya kurang, gara-gara kasur yang saya gunakan, soalnya ketika bangun tidur sering merasa sakit dan pegal-pegal, terutama tulang belakang saya," tuturnya beberapa waktu lalu.
Padahal, pria asal Nusa Tenggara Timur yang akrab disapa Elko itu juga mengaku belum lama ini telah membeli kasur dari merek yang cukup dikenal dengan harapan dapat mengubah kualitas tidurnya, tetapi hal itu belum berdampak. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan?
"Apabila ingin mendapatkan kualitas tidur yang baik, pilihlah kasur atau matras atau alas tidur yang baik, bukan hanya dari merek saja," tutur Sham Bharwani, Direktur PT New Sanggar Indah/ Dunlopillo Indonesia, saat ditemui di sela-sela pameran pada pekan ini.
Menurutnya, kualitas tidur sangat penting bagi kesehatan seseorang, mengingat dalam 30 hari bisa dipastikan 10 hari di antaranya dihabiskan untuk tidur. Sham memaparkan sebagian orang membeli kasur hanya melihat penampilan luarnya dan tidak melihat apa bahan yang digunakan kasur tersebut.
Sham memaparkan tidak salah ketika seseorang membeli kasur sesuai dengan bujet yang ada, namun yang penting diperhatikan juga adalah soal investasi kesehatan yang diperolehnya. Sebaiknya, paparnya, konsumen memilih memiliki kasur harus yang benar-benar berkualitas dan mampu menunjang kesehatan pemakainya.
"Misalkan kita beli sofa seharga Rp10 juta, beli televisi Rp2 juta, meja makan Rp15 juta, paling semua itu digunakannya sekitar 2 jam saja, akan tetapi kalau kasur digunakan setiap hari rata-rata 8 jam. Lalu apa ini yang dikompromikan dengan membeli kasur yang murah?" paparnya.
Selain itu, kasur juga akan sangat berperan pada kualitas kesehatan pemakainya, karena apabila salah pilih, dapat mengganggu kesehatan tulang, seperti sakit pinggang. Sham menuturkan sakit pinggang itu timbul secara bertahap, sehingga konsumen diharapkan tak memutuskan hal yang keliru dalam pembelian kasur.
Sayangnya saat ini kebanyakan masyarakat Indonesia masih belum memiliki kesadaran akan hal tersebut, tidak seperti di luar negeri. Seperti diketahui, terdapat pelbagai jenis kasus yang ada di Tanah Air yakni kasur kapuk, busa, kasur pegas, dan juga lateks.
Kasur kapuk menggunakan buah pohon randu sebagai bahan baku. Kasur busa menggunakan busa kimiawi yang dinamakan poliuretan. Kasur pegas menggunakan perpaduan pegas dan busa. Dan kasur lateks mengunakan bahan baku alam berupa cairan lateks atau bahan dasar pembuat karet yang diolah menyerupai busa padat dengan rongga udara.
"Ciri utamanya dari kasur lateks adalah tingkat kenyamanannya prima dan higienitas tinggi alias anti bakteri. Penelitian mengatakan tidak ada bakteri yang bisa hidup di lateks, makanya kebanyakan kasur ini digunakan di rumah sakit," tuturnya.
Kasur lateks dinilai nyaman karena bersifat padat namun lentur, berbeda dengan empuk dan tidak menyerap panas tubuh pemakainya. Selain itu juga dapat menopang sempurna mengikuti bentuk tubuh, sehingga sangat baik untuk mencegah timbulnya nyeri punggung pada saat bangun tidur. Namun demikian, Sham mengingatkan bahwa semakin populernya lateks, masyarakat juga perlu waspada dalam membeli, karena tidak semua lateks sama kualitasnya.