Bisnis.com, JAKARTA - Kita sering melihat danau kering, tingkat air tanah yang menurun, sungai sudah kehabisan air sebelum sampai ke laut serta banyak air yang tercemar.
Permasalahan tersebut berhubungan dengan fakta bahwa begitu banyak air yang dikonsumsi dan tercemar untuk barang-barang konsumsi sehari-hari, terutama makanan.
Seperti dilansir di huffingtonpost.com, Rabu (22/10/2014), begitulah cara Arjen Hoekstra Y., seorang profesor manajemen air di University of Twente di Belanda, menjawab pertanyaan 'kengapa kita peduli tentang berapa banyak air yang dibutuhkan untuk membuat makanan yang kita makan?'
Hoekstra baru-baru ini menulis buku The Water Footprint Modern Consumer Society. Dia menerbitkan sejumlah makalah pada subjek, termasuk yang baru-baru ini dalam jurnal Science. Dan untuk UNESCO Institute for Education Air, ia dan rekan menghitung jejak air dari banyak makanan yang kita makan.
Mereka melihat jejak air total makanan di semua bagian dari rantai pasokan. "Jejak air diukur dengan mengukur volume air yang dikonsumsi atau tercemar, dan oleh karena itu tidak tersedia untuk keperluan lain," jelasnya.
Tidak mengherankan, daging adalah pelanggar terburuk. "Bagi kebanyakan orang, itu masih sulit untuk percaya bahwa satu kg daging sapi membutuhkan - sebagai rata-rata global -15.400 liter air," kata Hoekstra kepada weather.com.
Itu lebih dari 1.850 galon untuk satu pon. Berikut contoh lainnya, jejak rata-rata per kalori dari daging babi adalah lima kali lipat dari sereal dan ketela, menurut Water Footprint Network.
Ternyata, buah-buahan dan sayuran lebih baik dalam membutuhkan air, tetapi sebagian lebih baik daripada yang lainnya. Satu pon asparagus, misalnya, membutuhkan hampir 260 galon air. Sebagian yang sama bayam hanya memerlukan 35 liter. Kacang, mungkin tiba-tiba, peringkat tinggi pada daftar, dengan satu pon almond dikupas membutuhkan 1.930 galon, kacang mete membutuhkan 1.700 galon dan pistachio membutuhkan sekitar 1.365 galon.
Statistik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran, kata Hoekstra.
"Setelah kita mengetahui jejak air dari suatu produk, kita dapat membandingkannya dengan apa yang masuk akal. Bagi banyak produk di pasar, jejak air dapat dengan mudah dibagi dua jika teknologi yang lebih baik digunakan dalam langkah-langkah yang berbeda dari rantai pasokan."