Ilustrasi/www.euractiv.de
Health

7.000 Orang Lebih Tewas Akibat Virus Ebola

News Editor
Minggu, 21 Desember 2014 - 14:33
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Korban jiwa akibat wabah Ebola di tiga negara Afrika Barat yang paling parah terdampak telah naik menjadi 7.373 orang dari total 19.031 kasus yang terdata menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Sabtu (20/12).

Data terakhir yang disiarkan di laman WHO semalam menunjukkan bahwa ada hampir 500 kasus kematian baru dalam wabah Ebola terburuk yang melanda Guinea, Liberia dan Sierra Leone sejak 17 Desember.

Sierra Leone punya paling banyak kasus dengan total 8.759 kasus dan di Liberia tercatat ada 7.819 kasus. Namun angka kematian di Sierra Leone tercatat 2.477 atau lebih sedikit dari angka kematian di Liberia yang tercatat 3.346.

Seperti dilansir kantor berita Reuters, pemerintah Sierra Leone pekan ini meluncurkan operasi besar untuk mengendalikan epidemi di negara yang paling parah terdampak wabah itu.

Presiden Ernest Bai Koroma mengatakan di stasiun televisi nasional bahwa perjalanan di semua bagian negara dibatasi sebagai bagian dari "Operation Western Area Surge", begitu pula dengan pertemuan publik.

Namun menurut laman resmi WHO, sudah ada tanda-tanda perlambatan penyebaran Ebola di seluruh Sierra Leone meski penularan Ebola di bagian barat negeri itu masih intens.


Operasi penanggulangan wabah di negara itu difokuskan pada upaya untuk meyakinkan orang ambil peran dalam upaya untuk mengakhiri epidemi dengan mengajak semua orang berusaha menyelamatkan nyawa dengan menghubungi layanan telepon untuk melaporkan kemungkinan kasus Ebola atau meminta bantuan penguburan orang yang diduga terserang Ebola. 


Warga dilatih oleh Kementerian Kesehatan dan WHO untuk menemukan kasus, melakukan surveilans dan melacak kontak orang-orang yang diduga terserang Ebola, serta melakukan mobilisasi sosial dalam program itu.


"Kami siap memberikan dukungan ke tim yang menyelidiki kasus. Ini termasuk menyediakan dukungan ketika mereka menghadapi tantangan dan masalah yang sulit diselesaikan," kata Dr. Fikru Abebe, epidemiolog WHO yang membantu tim di lapangan.

Penulis : News Editor
Sumber : Antara
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro