Bisnis.com, JAKARTA-- Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa seorang perokok dan mereka yang minum minuman beralkohol bisa berusia panjang, sedangkan orang yang bergaya hidup sehat didiagnosis kanker?
Sebuah studi penting yang dilakukan para ilmuwan dari Johns Hopkins Kimmel Cancer Center menjelaskan bahwa faktor keberuntungan secara acak memainkan peran penting dalam menentukan apakah seseorang didiagnosis kanker selama hidup mereka.
Faktor nasib tak beruntung atau sial bertanggung jawab atas dua pertiga dari kanker pada orang dewasa, sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti risiko lingkungan dan gen yang diwariskan menurut para ilmuwan.
"Semua kanker disebabkan oleh kombinasi dari nasib buruk, lingkungan dan keturunan, dan kami telah membuat sebuah model yang dapat membantu mengukur berapa besar dari ketiga faktor ini berkontribusi terhadap perkembangan kanker. Umur panjang dan bebas kanker sering dikaitkan dengan mereka yang memiliki gen yang baik, tetapi kenyataannya adalah bahwa sebagian besar dari mereka hanya memiliki keberuntungan, "kata Bert Vogelstein, seorang ilmuwan di Johns Hopkins University School of Medicine.
Hal itu menjadi kesimpulan para peneliti yang telah membandingkan pembelahan sel punca dari 31 jenis kanker. Tim menentukan faktor “nasib sial” dari mutasi faktor genetik (DNA) secara acak dan menentukan insiden mana yang paling tinggi di antara kombinasi “nasib sial” dan lingkungan atau risiko faktor keturunan.
Penelitian ini membandingkan pembelahan sel punca (stem cell) dalam 31 jenis kanker. Tim peneliti menyebut bahwa 'nasib buruk' atau nasib sial disebabkan faktor mutasi DNA secara acak dan peneliti ingin mengetahui insiden yang lebih tinggi di antara kombinasi dari nasib buruk dan faktor risiko lingkungan, atau keturunan.
"Sudah diketahui bahwa kanker muncul ketika sel induk jaringan tertentu dari sel punca melakukan kesalahan secara acak, atau mutasi, ketika satu huruf kimiawi di dalam DNA tidak benar ditukarkan ke yang lain selama proses replikasi dalam pembelahan sel.
Semakin banyak mutasi, semakin tinggi risiko bahwa sel akan tumbuh tak terkendali, ini adalah ciri kanker. Kontribusi yang sebenarnya dari kesalahan-kesalahan acak untuk kejadian kanker, dibandingkan dengan kontribusi faktor keturunan atau lingkungan, tidak diketahui sebelumnya, menurut catatan Bert.
Namun, studi ini tidak meneliti kanker payudara, yang merupakan kanker yang paling umum pada wanita, atau kanker prostat, yang merupakan kanker paling umum kedua pada pria setelah kanker kulit.
"Anda dapat menambah risiko terkena kanker akibat merokok atau kebiasaan gaya hidup yang buruk lainnya. Namun, berbagai bentuk kanker sebagian besar disebabkan oleh nasib buruk yang diperoleh karena mutasi gen, tanpa gaya hidup dan faktor keturunan,” ujar Bert.
Deteksi
Sementara, peneliti lainnya, Cristian Tomasetti, mengingatkan pentingnya deteksi dini kanker.
"Jika dua-pertiga dari kejadian kanker di seluruh jaringan bisa dijelaskan oleh mutasi DNA secara acak, dan mengubah kebiasaan gaya hidup tak sehat bisa membantu mencegah kanker tertentu, namun ini mungkin tidak efektif untuk orang lain. Kita harus fokus pada menemukan cara untuk mendeteksi kanker tersebut pada awal, tahap dapat disembuhkan, "katanya
Direktur kebijakan publik di Cancer Council Australia, Paul Grogan, menilai menjadikan faktor nasib sebagai penentu seseorang sakit kanker atau tidak adalah suatu cara untuk menyederhanakan persoalan kanker di muka bumi ini. Pasalnya, beban kanker global diperkirakan akan hampir dua kali lipat menjadi 21,4 juta kasus dan 13,5 juta kematian pada tahun 2030.
"Partisipasi dalam program penapisan dan pengawasan, waspada kesehatan Anda, mendapatkan pemeriksaan rutin, menghindari faktor risiko dapat membantu kita untuk mencegah atau bertahan dari penyakit kanker, terlepas dari gen kita," kata Paul.
Direktur program di Dewan Kanker NSW Kathy Chapman mengatakan penelitian mutasi gen akan menyebabkan pengobatan kanker yang lebih baik dan membantu memahami pada tingkat yang sangat mikroskopis untuk mendapatkan perawatan demi hasil yang terbaik.
"Temuan ini akan membantu kita untuk memahami gen mana yang benar-benar berperan penting ketika seseorang didiagnosis kanker," katanya. (Bisnis.com)
BACA JUGA:
INFO CUACA: Jabodetabek Siang Hujan Ringan, Malam Berawan
SERANGAN MAUT CHARLIE HEBDO: Polisi Inggris Jaga Pemukiman Yahudi
EVAKUASI AIRASIA QZ8501: Winingsih Pingsan Sambut Jenazah Suami