Bisnis.com, SURABAYA - Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Konsultan dari RSUD dr Soetomo menjelaskan merokok bisa menyebabkan kanker nasofaring (KNF) karena adanya virus Epstein-barr.
Kanker nasofaring (KNF), tuturnya, adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
"Menurut data keseluruhan di Poli Paliatif RSUD Dr. Soetomo, pada 2013 terdapat 397 pasien baru, sedangkan KNF menempati urutan ke empat dari urutan yang pertama kanker payudara, ke dua kanker serviks, ke tiga kanker paru dan ke empat kanker nasofaring," kata Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Konsultan RSUD Dr. Soetomo, R. Sunaryadi Tejawinata di Surabaya, Selasa (20/10/2015).
Dia mengatakan faktor risiko KNF yaitu sering menghirup asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat nyamuk, asap bahan bakar BBM atau asap candu juga mengaktifkan virus Epstein-barr. Selain itu, juga disebabkan oleh faktor genetik, yakni seseorang yang mewarisi keturunan KNF dari orang tuanya.
"Selain menghirup asap-asap tersebut, juga disebabkan sering mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, termasuk makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap, seperti ikan asin, karena pada pembuatan ikan asin terjadi proses mikrosamin yang mengaktifkan virus Epstein-barr serta sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat panas dan merangsang selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol," paparnya.
Sampai saat ini, tambahnya, belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya KNF, namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak, sehingga disarankan kepada masyarakat jika ada gen yang terkena KNF, diharapkan untuk rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT.
"Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini atau ada garis keturunan penderita KNF dengan gejala pertama di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran berkurang, kemudian hidung sedikit mimisan, tetapi berulang serta hidung tersumbat terus-menerus, kemudian pilek," paparnya.
Menurutnya, letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit rongga mulut menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui.
Namun, biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala seperti pada kondisi akut menunjukkan kelenjar getah bening pada leher membesar, mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol ke luar dan sering timbul nyeri dan sakit kepala.
"Pada tahap awal gejala pada sel-sel kanker masih berada dalam batas nasofaring, biasa disebut dengan naso-pharynx in situ. Pada stadium pertama sel kanker menyebar di bagian nasofaring. Kemudia pada stadium ke dua sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasofaring ke rongga hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher," terangnya.
Dia menambahkan pada stadium lanjut yaitu stadium ke tiga yakni sel kanker sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher. Serta pada stadium ke empat, kanker sudah menyebar di syaraf dan tulang sekitar wajah.
"Pengobatan kanker nasofaring bisa dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, serta paliatif. Selain itu juga ada kombinasi tambahan lainnya untuk pengobatan kanker ini, sedangkan tindakan operasi tidak dilakukan untuk jenis kanker ini karena posisinya yang sulit dan dekat metastase kelenjar getah bening. Tindakan operasi (bedah) yang umum hanyalah biopsi, untuk stadium awal kanker ini jarang dilakukan biopsi," katanya.