Bisnis.com, DENPASAR--Masyarakat Desa Adat Kedonganan, Kabupaten Badung melakukan tradisi mebuug-buugan atau perang lumpur sehari setelah hari raya Nyepi.
Made Sukada, Sekretaris Desa Adat Kedonganan, mengatakan mebuug-buugan berasal dari kata buug yang berarti tanah atau lumpur, dan bhu yang artinya ada atau wujud sehingga berafiliasi menjadi kata bhur yang berarti bumi, tanah, atau pertiwi.
Kotoran dalam bentuk tanah atau lumpur ini divisualisasikan sebagai wujud bhuta kala atau roh jahat yang melekat pada diri manusia yang harus dibersihkan.
“Dalam satu tahun pelaksanaan kegiatan kemanusiaan kita tentunya tidak terlepas dari pikiran, perbuatan, dan tata bicara kita yang kotor dan kita bersihkan dengan catur brata penyepian. Melalui tradisi ini, kotoran kita dalam bentuk tanah atau lumpur dan mebuug-buugan adalah simbol dimana kita melakukan pembersihan diri,” tuturnya saat ditemui di sela-sela tradisi mebuug-buugan dimulai, Kamis (10/3/2016).
Dia menambahkan, tradisi tersebut sempat tidak dilakukan dan mulai diadakan kembali pada 2015 lalu.
“Dengan kembali bangkitnya tradisi ini, kami berharap dapat meneruskan tradisi leluhur kami dan bisa menjadi salah satu atraksi wisata bagi para wisatawan yang datang ke Bali sehingga dengan datangnya turis kesejahteraan masyarakat bisa meningkat,” terangnya.